bagian 14

70.5K 4.5K 104
                                    

Hae kakak kakak dan adik-adik semuanya.....

Ada yang nungguin?😂

Makasih ya yang udah Vote juga komen, aku seneng benget :)

Ok

Btw, emang grup WhatsApp perlu ya?
Kasi komentar dong!
Nanti bakalan aku pikirin lagi.

'BERI TANDA PADA TYPO DAN SALAH PENGGUNAAN KATA'

HAPPY READING ♥
💃




Melya mengerjapkan matanya mencoba menyesuaikan jumlah cahaya yang menceruk masuk melalui celah gorden hijau di kamar itu.

Dia mendudukkan tubuhnya dan mencoba mencari kesadarannya, dia merasakan lelah dan sakit di sekujur tubuhnya. Melya mencoba menggerakkan otot-otot tubuhnya dengan melakukan peregangan.

Dengan pelan-pelan Melya melangkah memasuki kamar mandi guna membersihkan tubuhnya yang kotor. Ya kotor, sangat kotor menurut Melya.

Melya keluar dari kamar mandi dengan balutan handuk di kepalanya, sesampainya di depan meja rias ia melepas lilitan handuk itu dan mengeringkan rambutnya, kemudian menyisirnya hingga rapi.

Tiba-tiba pintu terbuka dan menampilkan dua anak kecil yang sangat Melya sayangi, namun bukannya mendapat teriakan dan pelukan dengan embel-embel rindu Melya malah mendapatkan tatapan tajam.

"Aleta, Aldo." Melya tersenyum.

Entah mengapa saat melihat wajah mereka membuat semangat Melya bertambah walau hanya sedikit.

"Tidak usah sok baik." ketus Aleta sambil memutar bola matanya malas. Wah, Aleta mirip pemeran antagonis di film-film.

Sedangkan Aldo, anak itu hanya menatap Melya tajam membuat Melya begidik ngeri.

Melya merasa aneh dengan kedua anak itu, tak biasanya mereka memberikan reaksi seperti ini pada Melya. Atau jangan-jangan...

"Kenapa ka–?"
"Kami sudah tahu mengapa daddy selalu melarang kami dekat-dekat dengan mu. Ternyata kau pembunuh!" penuturan Aleta itu membuat Melya merasakan sakit yang teramat dalam di lubuk hati terdalam nya. Seketika setetes bulir bening mengalir dari pelupuk matanya.

Ternyata benar.

"Kau bukan mommy kami lagi, dan tidak usah bersikap sok baik di depan kami" lanjut Aleta, sedangkan Aldo hanya diam memperhatikan.

"Aku benci, Aunty. " Aleta membalikkan badannya dan langsung keluar dari dalam kamar itu meninggalkan Aldo dan Melya yang saling menatap.

"Aku membenci Aunty, dasar pembunuh" Aldo ikut keluar dan meninggalkan Melya yang terdiam seribu bahasa. Seakan mulutnya tertimpa es batu yang sangat banyak dan mengakibatkan bibirnya susah untuk bergerak.

Tiba-tiba Aleta muncul kembali sambil menatap Melya dengan tatapan yang sulit diartikan. Melya berharap Aleta mempercayai dirinya, Melya berharap Aleta tidak termakan oleh omongan kedua pria itu.

Melya tersenyum kearah Aleta, sedangkan Aleta tak memberikan rekasi sedikitpun.

Lalu....

"Kau. Bukan. Mommy. Ku. Lagi!"

Salah....

Melya salah besar saat dia mengira bahwa Aleta akan membelanya, ternyata tidak.

Aleta paham dengan keadaan ini, walau hatinya tak terima sedikitpun.

Air mata itu mengalir tak henti dan tak kunjung di hapus oleh Melya. Dia tersenyum getir lagi dan lagi, hidupnya memang semenyedihakn ini!.

Fella yang dari tadi pura-pura melintasi kamar Melya memberanikan diri memasuki kamar itu. Dia menemukan Melya yang denga terduduk lesu dengan pandangan kosong.

Vendetta [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang