bagian 49

48.3K 3K 269
                                    

Yang datang memang banyak, tetapi yang bertahan hanya sedikit. Buat kalian yang tetap bertahan aku ucapkan terima kasih banyak🙏🏼❤️

Skidipapapnya di skip ya wkwkwk
Kayaknya banyak yang di bawah umur :v

'BERI TANDA PADA TYPO DAN SALAH PENGGUNAAN KATA'

Happy Reading ♥
📥

Melya mulai mengeluh lelah karena seharian banyak berdiri dan tersenyum, Aldrick memberitahu kepada Melya untuk bersabar sebentar lagi, karena acaranya hampir selesai.

Dan akhirnya mereka tiba di acara puncak dan para tamu akhirnya satu-persatu sudah kembali kekediaman mereka masing-masing, kecuali Keluarga Aldrick dan beberapa kerabat yang lain.

Aldo dan Aleta sedang dibujuk oleh Mayura agar mau pulang bersama neneknya tersebut, namun Aldo terutama Aleta tetap kekeuh ingin pulang bersama mommy dan daddy-nya.

Memang anak-anak ini tidak tahu ya?

Akhirnya Agnes mendekat lalu mencoba membujuk Aldo dan Aleta dengan caranya yang agak gimana gitu.

"Kalian mau gak punya adik" tanya Agnes dengan suara pelan di depan kedua anak itu. Aleta dan Aldo kompak mengangguk dengan wajah yang masih muram.

"Kalau kalian mau punya adik, kalian harus pulang sama aunty atau grand Ma, biar adiknya cepat dateng" ujar Agnes dengan wajah serius membuat Aldo dan Aleta langsung mengangguk.

"Harus begitu ya aunty?" tanya Aleta dengan wajah penasaran. Agnes mengangguk lalu memberi kode kepada Aldo dan Aleta agar lebih mendekat kearahnya.

"Adiknya gak akan mau datang, kalau ada orang lain selain mommy dan daddy" jawaban Agnes membuat Aldo dan Aleta malah menjadi bingung.

"Kenapa begitu aunty?"

"Soalnya dia malu, udah gausa banyak tanya. Biar adiknya cepat dateng"

"Sekarang kita ke mobil yuk" ajak Agnes lalu menggandeng Aleta dan Aldo masing-masing di tangan kiri dan kanannya.

Mayura yang melihat Aldo dan Aleta sudah berjalan menuju pintu keluar bersama dengan Agnes langsung terkejut karena begitu mudahnya Agnes bisa membujuk kedua bocah itu.

*"*"*"*

"Kau sudah lelah?" Melya mengangguk lalu berdiri dari kursi pelaminan.

"Ayo kita ke kamar" mendengar itu Melya jadi deg-degan seketika.

Keduanya telah sampai di kamar VVIP hotel ini, Melya begitu terkejut saat mendapati kamar hotel yang akan mereka tempati itu sangat indah. Banyak kelopak bunga mawar merah yang bertebaran di atas kasur dan pernak-pernik lain yang membuat kamar itu tampak sangat indah.

"Kau mandilah dahulu" ujar Aldrick lalu duduk diatas kasur, menatap Melya yang tampak gugup membuat Aldrick terkekeh.

"Sini kubantu" ujar Aldrick saat melihat Melya agak kesusahan membuka resleting dress miliknya. Melya mendekat kearah Aldrick dan berdiri membelakangi pria itu.

Sret~

Resleting dress itu akhirnya terbuka, kemudian Aldrick memerintahkan Melya agar duduk di depannya agar Aldrick bisa membantu melepaskan pernak-pernik yang ada di kepala Melya. Melya hanya menurut dan diam saat Aldrick melepaskan semua benda yang ada di kepalanya.

"Terimakasih" ujar Melya lalu menuju lemari dan meraih handuknya karena tak ingin berlama-lama diluar dengan baju yang terbuka di bagian belakang.

Melya masuk ke kamar mandi dan memulai ritual mandinya, membersihkan sisa make up yang melapisi wajahnya lalu membersihkan tubuhnya. Melya sengaja memperlambat waktunya mandi karena jantungnya berdetak kencang. Ini bukan yang pertama baginya bukan? Tapi kenapa dia deg-degan?

Vendetta [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang