bagian 9

78.4K 4.9K 55
                                    


'BERI TANDA PADA TYPO DAN SALAH PENGGUNAAN KATA'

HAPPY READING ♥
*

"Mommy....."
"Aleta..." Melya memandang Aleta yang berlari kearahnya dengan raut wajah tercengang.

"Mommy Aleta rindu." ujar gadis kecil itu langsung memeluk tubuh Melya, Melya membalas pelukan itu dengan senang hati.

"Mommy" suara khas anak laki-laki mengalihkan perhatian Melya. Dia teramat terkejut dengan kedatangan Aldo dan Aldrick secara bersamaan.

Bukan Aldo yang membuat Melya terkejut, tentunya orang yang membuat Melya terkejut adalah Aldrick.

Tatapan tajam dan penuh ancaman selalu terlihat jelas dalam manik mata pria berdada bidang itu. Hal itu membuat Melya menjadi sedikit tak nyaman dengan suasana kali ini.

"Al...Aldo" jawab Melya sambil tersenyum kikuk, mencoba menyembunyikan ketakutannya.

Melihat senyum Melya yang berbeda dari biasanya membuat Aldo jadi sadar akan sesuatu.

"Mmm Aunty." jawab Aldo sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.

Sebenarnya mereka telah membuat kesepakatan, kalau mereka tidak boleh memanggil Melya dengan sebutan 'Mommy' jika mereka sedang bersama dengan Aldrick. Itu adalah anjuran dari Melya sendiri, ia tak mau mengambil resiko jika sampai kedua bocah itu memanggilnya dengan sebutan 'Mommy' di depan Aldrick. Melya tahu, pasti Aldrick tidak akan suka mendnegar hal itu, karena yang pria itu tahu Melya adalah orang yang membunuh ibu Aldo dan Aleta, mana mungkin Aldrick setuju kedua anaknya memanggil orang yang sudah membunuh ibu mereka dengan sebutan 'mommy'.

Mendengar ucapan Aldo, Melya menjadi tersenyum. Dia sadar dengan perubahan panggilan yang diucapkan oleh Aldo, hal itu sesuai dengan kesepakatan mereka.

Aldo mendekat kearah Melya dan Aleta yang sedang berpelukan.

"Ale, panggil mommy dengan sebutan Aunty." bisik Aldo sangat pelan.

Refleks Aleta melepaskan pelukannya dan menatap Aldo, dia menepuk dahinya karena baru ingat dengan perjanjian mereka setelah menatap Aldrick sepersekian detik dengan sudut matanya.

"Aunty suapin Aleta ya." ujar Aleta lalu beralih menatap Melya.

Melya mengangguk dengan sedikit ragu, hal itu karena ada Aldrick bersama mereka. Andai saja tidak ada Aldrick, dengan senang hati Melya menyuapi Aleta tanpa perlu diminta.

"Di mana makanannya?" Tanya Aleta kerena tak melihat ada makanan di ruangan itu.

"Ah ya, kakak..." ujar Aleta lalu menatap Aldo. Seakan mengerti dengan tatapan Aleta, Aldo langsung mengangguk lalu berlari keluar.

Beberapa menit kemudian Aldo datang dengan baby sitter Aleta dengan sebuah nampan berisi makanan dan susu.

Melya menerima nampan itu, tanpa sengaja Melya menatap mata Aldrick yang menatapnya begitu tajam membuat Melya agak ragu dengan keputusannya.

"Aleta bisa makan sendiri kan?" Tanya Melya, Aleta langsung murung dan mencabikkan bibirnya.

Aldo menatap tingkah Melya yang sedikit berbeda dari biasanya membuat Aldo menjadi bingung sendiri. Aldo yang sadar dengan arah tatapan Melya yang secara diam-diam menunjukkan ketakutan membuat Aldo menatap Aldrick yang kebetulan sedang menatap Melya sangat tajam.

Aldo bahkan tak menyangka bahwa itu adalah daddy-nya yang selama ini menyayanginya.

"Daddy keluar saja." ujar Aldo teramat dingin membuat Aldrick sedikit tersentak kaget.

Vendetta [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang