21

700 112 39
                                    

Dengan nafas yang memburu ditambah teriknya matahari di tengah jam padat bagi para pengendara bertumpuk di jalan raya, Jungkook berlari sekuat tenaga menuju ke salah satu rumah sakit di bagian barat Seoul.

Tak sabar menunggu terbukanya elevator, Jungkook bahkan memaksakan dirinya menaiki anak tangga yang bersusun naik.

Langkahnya terhenti. Dari kaca pintu sebuah ruangan berpapan angka 5, Jungkook dapat melihat seorang wanita paruh baya yang terbaring lemah dengan alat bantu pernafasan yang terpasang di wajahnya.

Jungkook menghela nafas lalu menghempas sekilas air matanya yang jatuh begitu saja. Tangannya berhasil membuka gagang pintu, dan perlahan kakinya berjalan dengan mata yang tertuju pada seseorang itu.

Jungkook meraih dan menggenggam tangan yang terkulai lemas yang terpasang saluran infus di punggung tangannya.

Rasanya Jungkook ingin menangis sekeras-kerasnya. Tapi dia hanya bisa menahan semua itu, tangan kirinya menjalar ke kening sang ibu lalu mengelusnya pelan.

"Eomaa...," Sesenggukan Jungkook di atas tangan ibunya itu.

"Maafkan aku, seharusnya aku datang lebih cepat. Harusnya aku tidak melupakan semuanya~," sesal Jungkook tentang segala yang sudah terjadi.

Seorang wanita menggunakan snelli yang menandakan profesinya adalah seorang dokter masuk ke ruangan tersebut. Dia sempat terkejut melihat keberadaan Jungkook di sana.

Sementara Jungkook masih tenggelam akan kesedihannya tak memperhatikan kehadiran seseorang disana.

"Maaf tuan, apa anda adalah keluarga beliau?" Tanya sang dokter mengalihkan perhatian pria tampan itu.

"Bisa kita bicara sebentar?"

.....

Sebotol minuman dengan kandungan vitamin disodorkan ke arah Jungkook.

Jungkook hanya tersenyum tipis lalu menerimanya.

"Apa kau orang dalam surat tersebut?" Tanya dokter tersebut.

"Kenapa eomma tidak sadarkan diri?"

"Surat itu, sebenarnya ibu Nam sudah koma sebulan ini. Tapi syukurnya 2 hari yang lalu dia sadarkan diri dan memintaku untuk mengirimkan surat. Awalnya aku ingin mengantarnya sendiri tapi aku terlalu sibuk, maka dari itu aku memakai jasa pos surat. Untunglah kau ternyata mendapat surat itu dan datang kemari. Selama ini tidak ada yang pernah mengunjunginya, tapi anehnya tagihan rumah sakit setiap minggu selalu dibayarkan,"

"Aku minta maaf karena merepotkan Anda. Aku akan lebih sering mengunjunginya," balas Jungkook.

"Ah, sebenarnya bukan seperti itu....,"

Bughh...

Jungkook terjatuh pingsan tepat di samping dokter tersebut.

🌸🌸🌸

Di tengah teriknya matahari, Dahyun, Hanna, Jin, dan Irene tengah sibuk merasakan hawa Pantai sambil menikmati makan siang.

"Wahhh~ sudah lama sekali aku tidak pernah menikmati indahnya libur," teriak Jin berlari menuju pantai tanpa sehelai pakaian pun menutupi tubuh bagian atasnya.

"Ah~ckck dia memang orang kampung," ejek Dahyun.

"Dahyun-ah, kami kesana sebentar tunggulah disini," ucap Irene lalu membawa Hanna meninggalkan Dahyun yang sedang menikmati makanannya.

"Sepertinya mereka memang anak dan ibu," gumam Dahyun.

Dia menyudahi aktivitas makannya lalu berlari ke Pantai mencari keberadaan Jin.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Huge Step To Get YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang