15

430 115 15
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 9 KST. Dimana sebagian besar orang sudah kembali ke tempat ternyaman mereka dan bertemu orang-orang yang menjadi alasan mereka bertahan.

Tapi sayangnya, kehidupan seperti itu tidak bisa dimiliki setiap orang.

Di lalu lintas malam yang sudah tak terlalu ramai, dengan deru nafas yang memburu, Dahyun berlari menapaki jalan demi jalan hingga dia berhasil berdiri tepat di depan rumah sakit besar itu.

Sebenarnya bukan jarak yang membuatnya kesal, tapi keraguan yang terlalu menguras waktu untuk berdamai dengan dirinya sendirilah pertimbangan yang terberat.

Pintu ruangan pasien yang berada di persikuan itu akhirnya berhasil terbuka oleh tangan tipis Dahyun.

Sebelum ia melangkahkan kakinya terlalu jauh, Dahyun menggigit bibir bawahnya meyakinkan diri.

Dahyun berjalan perlahan sampai di hadapan pasien dengan luka berbalut di pelipis beserta lengan kekarnya itu.

Dahyun melangkah semakin dekat menelisik keadaan pria itu. Dia hanya memandanginya untuk beberapa saat.

"Bab meog-eoss-eoyo?" Dahyun bersuara pelan.

"Kau sudah makan?"

Tidak ada jawaban apapun karena Dahyun sendiri melihat mata pria itu tertutup rapat.

"Apa kau marah? Mian... Geuge, ini benar-benar sulit untukku. Aku..." Dahyun hanya ingin mecoba mengungkapkan apa yang dirasakannya.

Rasa tegangnya semakin meningkat ketika tiba-tiba sebuah pelukan mendarat di tubuhnya oleh orang di hadapannya yang tadinya terlelap.

Dahyun hanya diam, detik demi detik berhasil menyurutkan bahunya yang menegang.

Pria itu akhirnya melepas pelukannya seraya menciptakan jarak diantara mereka.

Jungkook memandang wajah Dahyun sebentar lalu menarik sudut bibirnya.

"Kau tidak perlu minta maaf, kau juga tidak punya kewajiban ada disini," balas Jungkook tenang mengontrol ekspresinya.

Dahyun tahu arah pembicaraan pria itu, meskipun kali ini dia juga tidak berani melihat matanya.

Dahyun berbalik ke arah rak di samping dan menyibukkan dirinya memeriksa barang apa saja yang ada disitu.

Jungkook menahan tangan Dahyun.
"Tidak usah berlebihan. Aku bukan siapa-siapamukan? Kau tidak seharusnya kesini. Pulanglah, Aku bisa mengurus kehidupanku sendiri,"
Ucapnya penuh dengan penekanan.

Dahyun terpaku mendengarnya.
Bibirnya kelu untuk mengatakan sepatah katapun.

"Aku hanya warga malang yang hilang ingatan setelah mengalami kecelakaan, tidak satupun orang yang mengkhawatirkan atau mencariku saja pun tidak sama sekali. Aku berpikir apa mungkin hidupku sebelumnya semenyedihkan ini sampai tidak ada yang peduli padaku! Apa seharusnya aku  mati?!!!" Teriak Jungkook penuh emosi diselingi air mata yang membuat wajahnya memerah.

Jungkook tersulut oleh emosinya sendiri hingga dia mendorong rak dan menyerakkan barang-barang yang dekat dengannya.

Dahyun menghela nafas, ia tahu Jungkook masih dalam keadaan lemah. Tak sepatutnya dia membuang energinya untuk hal seperti itu.

Pergerakan Jungkook membuat infus beserta botol cairan yang menggantung di sebelahnya ikut goyang. Dahyun Bahkan melihat tangan Jungkook sudah mulai berdarah karena saluran infusnya yang mungkin lepas.

Huge Step To Get YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang