Memiliki keluarga yang utuh mungkin adalah keinginan setiap anak. Tetapi tidak bagi Luna. Baginya kehadiran orangtua tidak berarti apa-apa, karena ia masih bisa hidup tanpa kedua orangtuanya.
Hanya bersama Bu Patmi dan anak-anak panti lain, ia suda...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
• - •
"Kenapa gak dimakan?" tanya Gilang saat melihat Luna hanya mengaduk bakso nya.
"Hmm? Gak laper banget gue," Luna berdalih.
Gadis itu memandang penuh Gilang, "kenapa gak makan bareng si Maira?"
Gilang mengedikkan bahunya, "lo kenapa gak makan sama si Satria?"
Luna mengedikkan bahunya sama seperti Gilang.
Gilang tertawa lalu mengusap puncak kepala Luna, "makan yang bener."
Luna mengangguk, lalu mulai memakan baksonya. Tapi, tatapannya tiba-tiba mengarah pada Satria dan kedua temannya yang berada di bangku belakang.
Satria menatapnya dan itu sungguh membuat Luna gugup. Gadis itu buru-buru memakan baksonya. Saat melihat kearah Satria, rupanya Satria masih memperhatikan nya.
Luna menunduk lalu menghabiskan baksonya dengan cepat.
Kemarin ia pulang pukul 9 malam. Entahlah, kemarin Luna dan Satria seperti menghabiskan waktu seharian.
Selepas diantar Satria menemui bu Patmi, Luna terjebak situasi canggung seperti sekarang. Bahkan saat Satria berpindah duduk di samping Luna pun, Luna tak berani menatap Satria.
Gilang yang hendak mengajak Luna pergi, dihimpit oleh Rahel di kanan dan Zio di kiri. Gilang mendengus kesal.
"Santai lah bro, belum abis ini, gak ganggu kok kita. Malahan kita pun nya niat baik, ya gak Zi?" ujar Rahel.
Gilang mengabaikan kedua lelaki disampingnya. Pemuda itu fokus memperhatikan Satria dan Luna.
"Mau?" tawar Luna pada Satria. Demi apapun ia tidak bisa berlama-lama dalam kecanggungan seperti ini!