• - •
TRINGGG! TRINGGG!
Bunyi bell tanda pelajaran telah usai pun terdengar. Dengan sigap semua murid di kelas langsung membereskan segala macam alat tulis yang berada diatas meja untuk dimasukkan ke tas masing-masing.
"Baik. Pelajaran hari selesai. Ibu harap kalian mengerti. Dan untuk minggu depan akan ada ulangan harian. Belajar materi kemarin dan hari ini. Sekian, terimakasih. Selamat siang."
"SIANG BUUUU!" teriak murid dengan serempak. Mereka pun mulai menyangklong tas mereka dipundak, dan berjalan ke
luar kelas.Lain halnya dengan Gilang dan Luna. Mereka berdua masih asik dibangku masing-masing. Luna tengah menulis catatan materi tadi di papan tulis, sedangkan Gilang telah selesai sejak tadi. Mungkin, ia akan menyalin catatan Luna nanti. Itu sudah hal biasa bagi Gilang.
"Lun? Udah belum?" tanya Gilang yang dibalas decakan Luna. "Ck! Lo ga liat gue lagi ngapain? Sabar dong. Nanti juga lo yang enak," Gilang hanya cengengesan. Ia menyampingkan posisi tubuhnya untuk kearah Luna.
"Eh, Lun ...," Luna hanya bergumam.
"Tadi si Satria kan katanya mau ganti kue kering lo, udah dibayar sama dia?" tanya Gilang memperhatikan Luna yang kini berhenti menulis.
Luna mengetuk-ngetuk pulpen pada kepalanya tanda memikirkan sesuatu, lalu menggeleng. "Belom,"
Gilang bersungut, "tuhkan!" Gilang pun bangkit dari duduknya dan berjalan keluar kelas dengan cepat. Luna yang melihat Gilang hampir sampai pintu keluar pun berteriak. "GILANG! MAU KEMANA?!
Gilang menyahut sambil berteriak juga tanpa menengok kebelakang, "KE KELAS SATRIA!" mendengar teriakan Gilang, Luna melotot terkejut.
"Duh! Bisa parah ini, gue harus susul Gilang." gumam lirih Luna yang langsung membereskan asal alat tulis yang tersisa di atas mejanya. Ia buru-buru memakai tasnya dan mengejar Gilang yang sudah tertinggal jauh.
Luna pun berlari. Namun, langkah kaki cewek dengan cowok itu berbeda bukan? Usaha lari pun pasti sia-sia. Luna berhenti sejenak, ia mengatur napasnya. "Huh ... huh, Gilang cepet banget sih!" gerutu Luna yang melanjutkan kembali larinya untuk ke lantai bawah.
Sesampainya Luna di tangga terakhir, ia menyandarkan punggungnya pada tembok yang disampingnya. Satu langkah lagi ia turun dari undakan tangga maka berbelok kiri sudah menemukan kelas Satria.
Setelah mengatur napasnya, Luna segera berbelok dan melihat jika Gilang tengah adu bacot dengan Satria.
Luna mempresentasikan pasti sebentar lagi mereka akan adu otot seperti tadi pagi. "Wah bahaya! Bahaya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
LUNARA STORY
Teen FictionMemiliki keluarga yang utuh mungkin adalah keinginan setiap anak. Tetapi tidak bagi Luna. Baginya kehadiran orangtua tidak berarti apa-apa, karena ia masih bisa hidup tanpa kedua orangtuanya. Hanya bersama Bu Patmi dan anak-anak panti lain, ia suda...