• - •
"Gilang?" tanya Luna. Ia menaruh kepalanya di bahu Gilang.
"Jangan tanya-tanya, Lun! Gue lagi nyetir!" teriak Gilang.
Luna cemberut. Lalu sedetik kemudian ia menggigit baju Gilang hingga membuat motor yang ia tumpangi sedikit kehilangan keseimbangan.
"Luna! Jangan macem-macem deh!" ujar Gilang. Untung saja pemuda itu bisa mengendalikan motornya. Kalau tidak, mungkin mereka sudah dibawa ambulans sekarang.
Luna diam. Kali ini ia benar-benar diam. Bahkan saat sampai panti pun, Luna tak mengatakan apa-apa. Bahkan anak-anak menyambutnya Luna abaikan begitu saja.
Bu Patmi yang merasa ada yang aneh dengan Luna menghampiri Gilang yang masih berada di luar, "Gilang, itu Lun-- astaghfirullah! Kamu kenapa bisa babak belur kayak gini, nak?" Bu Patmi menarik Gilang masuk, lalu bergegas membawa kotak P3K.
"Berantem sama siapa?" tanya Bu Patmi.
"Sama Satria," jawab Gilang, ia tidak pernah menyembunyikan apapun dari Bu Patmi.
"Kenapa lagi Satria? Dia gangguin Luna lagi?"
Gilang menghela nafasnya. Pemuda itu bangkit lalu membawa kotak tempat kue, "Satria sengaja nabrak Luna, kuenya jatuh semua. Bukannya minta maaf dia malah ngehina Luna. Aku gak suka," jelas Gilang pada Bu Patmi.
Bu Patmi mengelus kepala Gilang, "lain kali, kamu tahan emosi kamu ya? Gak baik berantem sama orang,"
Gilang mengangguk. Lalu perhatian keduanya teralihkan pada Luna yang sepertinya hendak keluar.
"Mau kemana Luna?" tanya Bu Patmi.
Luna menghentikan langkahnya, "ketemu temen,"
"Gak ganti baju dulu?" tanya Bu Patmi lagi.
Luna menggeleng. Ia masih menggunakan seragamnya, tetapi ia menambahkan sweater, "cuma sebentar."
"Ketemu sama siapa?" kini Gilang yang bertanya.
"Aku pamit ya Bu," setelah mengatakan itu Luna pergi keluar. Ia mengabaikan Gilang.
Demi tuhan, Luna benar-benar kesal pada Gilang. Kenapa Gilang membentaknya seperti tadi, padahal ia hanya ingin menanyakan keadaan Gilang.
"Gue kira lo gak berani nyamperin gue sendiri,"
Dan manusia menyebalkan satu ini makin membuatnya kesal. Kalau bukan demi tiga ratus ribunya mana mau Luna bertemu dengan Satria. Apalagi seperti ini, satu mobil bersama Satria.
"Jadi kita mulai dari mana?" tanya Satria. Pandangannya sesekali terarah pada Luna yang duduk disampingnya.
"Mulai apa maksud lo?! Satria, jangan macem-macem! Lo bilang mau ganti rugi? Kenapa sekarang kita malah ke mall?" tanya Luna, gadis itu menahan emosinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUNARA STORY
Fiksi RemajaMemiliki keluarga yang utuh mungkin adalah keinginan setiap anak. Tetapi tidak bagi Luna. Baginya kehadiran orangtua tidak berarti apa-apa, karena ia masih bisa hidup tanpa kedua orangtuanya. Hanya bersama Bu Patmi dan anak-anak panti lain, ia suda...