• - •
Sabtu pagi ini seperti biasa Luna tengah sarapan bersama adik-adiknya, sesekali ia memandang Gilang yang tengah sarapan sambil menyuapi Caca--anak berusia 4 tahun-- yang baru saja dititipkan ibunya, dengan alasan ibunya akan berangkat menjadi TKI dan tidak memiliki kerabat.
Alasan murahan! Luna sudah sering mendengar alasan seperti ini, ujung-ujungnya mereka tidak akan kembali dan membawa anaknya pulang, seperti tidak pernah datang dan menitipkan anak mereka.
"Ayo berangkat Lun, bu Patmi udah dateng tuh." Luna memandang Gilang yang baru saja berbicara, rupanya semua orang sudah selesai makan hanya sisa dirinya seorang yang masih memegang piring.
Luna bangkit, mencuci tangannya lalu menghampiri bu Patmi untuk berpamitan, kue untuk jualan juga sudah ada di tangannya.
"Hari ini 100 kue Bu, doain ya semoga abis," Luna menyalami tangan bu Patmi. "Luna berangkat Bu."
"Hati-hati,"
Luna mengangguk lalu menghampiri Gilang dan menyerahkan box kue untuk ditaruh didepan motor.
Gilang memberikan helm pada Luna sambil berkata, "Lo marah banget sama gue? Sampe gak mau ngomong kaya gini?"
"Enggak! Buruan, nanti telat!" Luna mendorong pundak Gilang untuk lekas mengemudikan motor.
Gilang terkekeh, lebih baik Luna mengomelinya seperti ini daripada diam saja.
Mereka mulai berangkat menuju sekolah.
"Lang!"
"Apa?!"
"Gue boleh nolak gak?" Ujar Luna, karena mereka sedang berada di atas motor, Gilang tidak dapat mendengar nya dengan jelas.
"Apaan?!"
"Tau ahh!!" kesal Luna, gadis itu memukul pelan bahu Gilang.
Gilang terkekeh, "Lo tenang aja, selama ada gue, Lo aman. Gue janji gak bakal jagain lo selama photoshoot nanti."
"Gausah kebanyakan janji! Malu kalau lo gak bisa nepatin!" Teriak Luna.
***
Saat ini, Satria tengah mengetuk getuk meja dengan tidak sabaran. Pemuda itu masih memikirkan ucapan Rahel.
"Lo suka sama Luna, gue yakin."
"Sejak kapan lo peduli sama orang lain? Sampe bawa-bawa kerumah dikenalin sama Bunda, menurut lo itu wajar hah?"
Demi Tuhan, Satria bingung. Semua orang tahu ia mengincar Luna hanya untuk menjadikannya senjata untuk menyingkirkan Gilang dari Maira lalu ia dan Maira bisa kembali bersama, sungguh, tidak lebih.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUNARA STORY
Teen FictionMemiliki keluarga yang utuh mungkin adalah keinginan setiap anak. Tetapi tidak bagi Luna. Baginya kehadiran orangtua tidak berarti apa-apa, karena ia masih bisa hidup tanpa kedua orangtuanya. Hanya bersama Bu Patmi dan anak-anak panti lain, ia suda...