Bab 2 { Torn Patience }

962 125 9
                                    

Netra onyx itu masih setia menatap paras yang semakin memucat di hadapannya.

Seperti sesuatu yang sangat rapuh, Itachi membelai lembut setiap inti wajahnya dengan sangat berhati-hati.

Gadis yang sangat ia cinta sudah ada di hadapannya. Tetapi kesedihan tetap saja menyelimuti hati juga fikiran sulung Uchiha itu karena Sakura masih dalam kondisi koma.

Hatinya begitu tersayat setiap kali menggenggam tangan dingin nan kurus gadis itu, seolah ia hanya menggenggam tulang dan kulitnya saja.

Manik onyxnya kini bergulir pada cincin di jemari Sakura. Dengan lembut ia mengecupnya sembari menggumamkan sebuah doa.

Ingatan akan perkataan Tsunade, kembali terngiang membuat tatapan Itachi menjadi semakin sendu. Ia perlahan menatap pada perut Sakura dan menyentuhnya dengan lembut.

'proses pengguguran kandungan yang di terapkan pada Sakura itu ilegal. Banyak obat-obatan berbahaya yang kini mengalir pada tubuhnya. Ia tidak akan bisa mengandung lagi dan sebaiknya kau ceraikan saja karena seorang Rokudaime butuh penerus.'

Ucapan itu terus terngiang di kepalanya, bagaimana bisa ia menceraikan Sakura apalagi dalam kondisi begini.

Ia perlahan bangkit dari tempat duduknya lalu mengecup kening sang gadis musim sebelum meninggalkan kamar itu. Langkahnya kini terasa hampa. Setiap inci rumah itu membangkitkan kembali memori kebersamaannya dengan Sakura.

Saat tiba di ruang tengah, dua carik kertas sudah terjajar rapih di sisi kiri dan kanan mejanya. Itachi berjalan dengan pelan dan berdiri di sisi meja itu lalu melirik isi kertasnya.

Divorce Agrement dan Resignation letter, itulah tulisan yang terpampang jelas pada bagian tengah kertas yang tersimpan di kedua sisi meja.

Helaan napas kasar seketika ia hembuskan. Itachi dengan cepat mengambil kertas-kertas itu dan berniat untuk menyimpannya dulu karena fikirannya tengah kacau.

Srak ...

Pintu shoji di sisi kirinya tergeser kencang oleh tangan Tsunade yang tiba-tiba sudah ada di kediamannya. Padahal wanita itu berkata akan datang pada sore hari.

"Itachi, ada yang ingin ku katakan. Duduklah,"

Sulung Uchiha itu pun menaikan sebelah alisnya karena bingung. Ia pemilik rumah ini kenapa malah Tsunade yang mempersilahkannya duduk.

Tapi melihatnya yang terasa tengah kesal membuat Itachi tak bisa berbuat apa-apa selain menurutinya, daripada kena amuk wanita itu.

Begitu mereka duduk berhadapan, Tsunade nampak melirik pada kertas yang masih di pegang Itachi pada pangkuannya. Hingga fikiran para anbu di sisinya mulai traveling kemana-mana dan memunculkan spekulasi aneh pada kepala Itachi hingga ia meminggirkan sedikit posisi duduknya.

Tsunade yang menyadari apa yang mereka pikirkan langsung memalingkan wajah sembari bersedekap.

"Ehem ... Kau belum menandatangani salah satu surat itu juga, Itachi?" Tanyanya dengan perasaan begitu canggung.

"Sepertinya aku butuh waktu lebih lama, Tsunade-sama,"

"Aku mengerti, kau belum bisa berfikir jernih karena Sakura," ucapnya membuat Itachi langsung mengangguk pelan.

"Tsunade-sama, aku tahu ini terdengar tidak sopan. Tapi ... Selama anda menjabat, anda tidak menikah dan tidak mempunyai anak. Tetapi kenapa sikap anda ini tidak menimbulkan kontroversi pada masyarakat? Lain halnya dengan saya,"

"Karena aku dulu hanya kage sementara yang pekerjaannya tidak di ketahui oleh masyarakat. Jadi mereka tidak terlalu pro denganku," ucapnya sembari menyesap teh yang baru saja di sajikan oleh seorang anbu padanya, "Sedangkan kau, setiap ada masalah kau selalu muncul di depan masyarakat dan terang-terangan melakukan pekerjaanmu. Seperti memantau sendiri pembangunan desa, beramah tamah pada masyarakat, menyeleksi para jounin, genin dan sebagainya sendiri," sambungnya sembari melayangkan tatapan tajam pada Itachi.

Akai ItoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang