"Sakura," Panggilan lembut nan hangat itu sontak membuat sang gadis musim semi menoleh.
Sunggingan senyuman bahagia kini terlukis begitu jelas pada wajahnya. Dengan mata berkaca-kaca ia pun berlari pada sosok wanita paruh baya itu dan langsung memeluknya, "Kaasan," Isaknya membuat Mebuki menganggukan kepalanya.
Dengan penuh kasih sayang ia mengecup kening juga kedua kelopak mata gadis itu, "Syukurlah kau baik-baik saja nak. Kaasan benar-benar takut saat mendengar kabar kau ikut bersama Junichi,"
"Apa yang harus anda takutkan ibu mertua. Saya pria yang baik dan tak mungkin menyakitinya," Ucap Junichi yang tiba-tiba sudah bersandar di ambang pintu.
Kecanggungan juga perasaan waspada Mebuki samar-samar bisa Sakura lihat dari sorot matanya, "Nee, aku hanya takut dia tak bisa menyesuaikan diri dan membuatmu kecewa. Karena kami berasal dari rakyat biasa, tidak sepertimu yang terlahir sebagai keluarga bangsawan," Jelasnya sembari menggenggam erat tangan Sakura lalu perlahan menggeser gadis itu ke belakang punggungnya.
"Hmmph, aku tidak perduli dengan status atau kedudukan ibu mertua," Ucapnya sembari berjalan mendekat pada mereka lalu menggenggam tangan kiri gadis itu, "Saat aku mencintai seseorang, dunia pasti akan tunduk dan tak akan berani menentangku,"
Entah kenapa perkataannya yang begitu romantis itu malah terasa mengerikan bagi sang gadis musim semi. Saat Junichi mengecup tangannya, Sakura pun buru-buru menarik dan menyembunyikan tangannya sembari berpaling, hingga membuat Junichi mengernyit, "A ... ada kaasan di sini,"
Mendengar alasannya itu emosi Junichi pun kembali turun. Ia pun menyunggingkan senyumnya karena ia merasa Sakura tengah malu saat ini, "Oh nee, aku mengerti,"
"Junichi, di dekat sini akan ada festival kembang api. Boleh kaasan membawanya?"
"Festival kembang api? Tidak boleh,"
"Kenapa? Putriku pasti jenuh terus berdiam diri di sini dan kalau kau khawatir, kau bisa ikut,"
Sakura yang merasa ibunya sudah merencanakan sesuatu pun segera mendekati pria itu dan memegang tangannya dengan erat hingga ia tersentak kaget, "Junichi, festival itu hanya ada satu tahun sekali dan aku tidak pernah melewatkannya. Aku mohon,"
"Tidak," Jawabnya dengan penuh ketegasan sembari berbalik memunggunginya.
Sang gadis musim semi yang tak ingin melepaskan kesempatan emas ini pun, segera berjinjit merangkul bahunya lalu bersandar di punggungnya, "Kau bilang akan memberi apapun di dunia ini untukku. Tapi kenapa kau tidak memberiku satu permintaan kecil ini,"
"Kalau ku bilang tidak ya tidak," Ucapnya sembari melepas tangan gadis itu.
Melihat sikapnya yang begitu keras Sakura pun medengus kesal lalu mendudukan diri di ranjang dengan keras, "Ya sudah, aku tidak akan meminta apapun atau bicara lagi denganmu," Ucapnya membuat pria itu menoleh.
"Jangan keras kepala Sakura, dunia luar tidak baik untukmu,"
"Lalu dunia mana yang lebih baik untukku, shannaro! Itachi bahkan tidak pernah melarangku dalam hal apapun," Ucapnya membuat pria itu semakin melotot dan berjalan cepat ke arahnya.
Mebuki seketika menjadi begitu panik saat Junichi mencengkram pipinya hingga gadis itu meringis, "Itachi ... Itachi dan Itachi. Apa hebatnya iblis itu hah! Hingga kau begitu memuja dan mendambanya!"
"Jun ... Sakit ... "
"Junichi lepaskan putriku, aku mohon maafkan dia," Pinta Mebuki sembari mencoba melepaskan tangan pria itu.
"Lepaskan tanganku!" Teriaknya sembari mengibaskan tangannya hingga Mebuki jatuh terduduk.
Manik amethysnya kini semakin menggelap saat melihat Sakura malah menatapnya dengan sinis. Dengan begitu cepat pria itu mencengkam lengan atas juga leher Sakura lalu menariknya ke balkoni, "Junichi!" Teriak Mebuki yang terus mencoba bangkit, mengejar mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Akai Ito
FanfictionKembalinya Sakura ke desa Konohagakure, benar-benar membuat seluruh masyarakat hingga petinggi desa goncang. Ya, bagaimana tidak goncang? Gadis yang hilang selama setengah tahun itu adalah istri dari Rokudaime Uchiha Itachi yang baru saja naik jaba...