Sengatan aroma anyir darah yang terasa menusuh hidung, membuat sang gadis musim semi perlahan kembali tersadar. Rasa dingin yang terasa berdesir pada punggungnya seketika membuatnya teringat akan Junichi yang beberapa saat lalu mencekiknya.
Saat ia terduduk dan mulai memperhatikan sekitar ruangan kamar yang tak asing itu. Manik emeraldnya seketika terbelalak begitu melihat bulan di luar jendela ruangan itu terlihat begitu merah seperti darah. Langit juga terlihat begitu pekat seperti terbakar.
Suara isakan seorang anak kecil kembali membuatnya terkejut. Ia pun buru-buru keluar dari ruangan itu dan kembali di buat terkejut saat menuruni tangga, karena melihat sosok dirinya yang masih kecil tengah bersembunyi di balik tembok pembatas ruang tamu dan tangga, sembari terisak ketakutan.
Melihat gelagatnya yang tak bergerak sedikitpun, Sakura pun memberanikan diri mengintip ke ruang tamu itu. Sang gadis musim semi seketika terbeliak melihat sosok Itachi yang berlumuran darah dari ujung kepala hingga kaki, tengah berdiri mematung di tengah ruang tamu.
Saat Sakura menyadari jika ia tak terlihat di sana, ia pun perlahan mendekati sosok itu. Air mata tak bisa ia bendung lagi, begitu ia melihat sang ayah berada dalam pelukan Itachi dengan wajah yang begitu pucat.
Setelah beberapa saat terdiam Itachi pun membopongnya ke sebuah kursi dan membaringkannya dengan hati-hati. Baru saja ia meletakan sebuah surat, tangannya tiba-tiba menyenggol sebuah vas bunga di ujung meja itu hingga membuat Sakura kecil tersentak kaget.
"Tousan ...." Panggil suara Sakura kecil yang membuat sulung Uchiha itu tersentak kaget.
Ketika ia akan melangkah pergi, Sakura kecil pun menghalangi jalannya sembari menghunuskan sebuah pisau dapur padanya dengan gemetar.
"Siapa kau! Beraninya kau membuat tousanku terluka shannaro!" Teriaknya membuat seseorang bertopeng orange tiba-tiba muncul di belakangnya, lalu mengarahkan kunai tajamnya pada leher Sakura kecil sembari menahan tangannya.
"Jangan," titah Itachi membuat sosok itu mendongak dengan tatapan bingung.
"Kenapa? Dia juga salah satu ancaman karena menodongkan senjata tajam padamu kan?"
Itachi nampak terdiam beberapa saat melirik pada surat yang baru saja ia letakan di meja, "Dia pilar terakhir kebangkitan klan Uchiha,"
"Apa maksudmu? Bukankah Sasuke yang merupakan pilar terakhir?"
Sulung Uchiha itu pun kembali terdiam lalu melangkah perlahan pada Sakura kecil. Sebuah ketukan jemarinya pada kening anak itu membuat sang pria bertopeng jingga semakin kebingungan, "Sampai bertemu nanti. Gadis musim semiku,"
Setelah keduanya menghilang, Sakura kecil yang baru tersadar dari lamunannya. Seketika berteriak dengan begitu kencang hingga membangunkan sang ibu yang segera turun dari kamarnya.
Belum sempat ia menanyakan kenapa putri kecilnya berteriak. Mebuki seketika di bungkam dengan kenyataan pahit saat ia menyalakan lampu ruangan itu. Air mata kini jatuh semakin deras saat melihat suaminya yang tengah berbaring di sofat, sudah sangat pucat dengan tubuh berlumuran darah.
"Sakura, apa yang terjadi? Siapa yang telah melakukan semua ini pada tousanmu?"
"Kaasan ... Ada dua orang anbu kemari menggendong tousan dan tiba-tiba ia membaringkan tousan di sana. Kura tidak tahu siapa mereka,"
Sakura yang kembali melihat momen mengerikan itu juga ikut menangis dengan kencang. Saat Mebuki memeluknya, bekas tebasan yang cukup dalam terlihat begitu jelas pada punggung Kizashi yang membuatnya seketika merinding.
Kesedihan yang begitu meluap di ruangan itu membuat kepalanya tiba-tiba terasa sakit. Sebuah cahaya kembali menyilaukan matanya, hingga terasa mencabik tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Akai Ito
FanfictionKembalinya Sakura ke desa Konohagakure, benar-benar membuat seluruh masyarakat hingga petinggi desa goncang. Ya, bagaimana tidak goncang? Gadis yang hilang selama setengah tahun itu adalah istri dari Rokudaime Uchiha Itachi yang baru saja naik jaba...