Bab 27 { Hesitancy }

235 12 2
                                    

"Ya, Sakura sekarang adalah istriku,"

Braaakk!

"Apa kau sudah tidak waras Neji! Apa tidak ada wanita lain lagi yang bisa kau nikahi selain dia hah? Kalau alasan kau mempertahankannya karena rasa kasihan seharusnya biarkan saja ia pergi tadi malam. Toh, masih banyak tempat yang mau menerimanya!"

Teriakan dan suara bantingan keras Deidara di ruang kerja itu membuat tetes-tetes air mata jatuh dari pelupuk mata sang wanita bersurai merah muda yang tengah menguping di ruangan sebelah. Rasa bersalah, penyesalan, putus asa hingga amarah kembali bergemuruh kuat di dalam hatinya hingga membuat fikiran buruknya kembali bangkit.

"Dei benar, jika kau juga khawatir pada Aito kembalikan saja pada Orochimaru-sama. Toh semuanya sudah terbukti kalau dia bukan anak dari wilayah Konoha," Tambah Suigetsu yang membuat jengitan rasa sakit pada hati sang wanita bersurai merah muda semakin bertambah.

"Haiish lama-lama aku bisa mati berdiri gara-gara tingkah ajaibmu Neji," Gerutu suara Kiba di iringi gonggongan Akamaru, "Neji aku tahu kau masih ..."

"Apa sudah cukup mengocehnya?" Selaan pertanyaan yang meluncur dengan sorot dingin itu sontak membuat mereka terbungkam, "Kalau sudah silahkan keluar, aku masih banyak pekerjaan,"

"Tapi Neji ..."

"Sakura dan Aito sekarang adalah urusanku, kalian tidak perlu ikut campur karena hubungan kita hanya sebatas rekan kerja bukan hubungan pertemanan,"

"Neji dengarkan kami dulu. Apa kau tidak khawatir kalau dia akan mengkhianatimu lagi?"

"Tidak,"

"Nejiiii sekali saja dengarkan kami,"

"Kalau kalian masih ada yang ingin di bicarakan, maka aku yang akan pergi. Permisi," Tolaknya membuat Sakura panik dan buru-buru bangkit dari tempatnya.

Manik emeraldnya seketika terbelalak lebar begitu Neji tiba-tiba muncul di depan jendela yang akan ia lompati. Ia yang merasa sedikit takut dengan ekspresi wajahnya yang begitu datar pun perlahan melangkah mundur, namun gerakannya kalah cepat dengan tangan sang pria Hyuga yang tiba-tiba menggenggamnya dan menariknya mendekat.

Saat pria itu mengangkat tangannya untuk membersihkan remah kayu pada pucuk kepalanya, Sakura tiba-tiba dengan cepat berpaling lalu memejamkan matanya karena merasa takut akan di pukul, "Go ... Gomen ... Gomen nee, aku ... Aku benar-benar tidak sengaja mendengar pembicaraanmu!" Teriaknya sembari menyilangkan sebelah tangannya di depan wajah, membuat Neji seketika mengernyit lalu menajamkan pandangannya.

Ia yang mengerti dengan sikapnya itu pun perlahan melepaskan genggamannya lalu berbalik memunggunginya, "Ada remahan kayu pada rambutmu,"

Mendengar itu Sakura seketika membuka matanya lalu menyentuh pucuk kepalanya sendiri dan begitu terkejut saat merasakan adanya remahan kayu di sana. Ia yang merasa tidak enak karena sudah berprasangka buruk pada Neji pun perlahan mendekati pria itu dengan raut wajah yang begitu malu.

"Go ... Gomen nee ku fikir kau akan memukulku," Ucapnya dengan gagap membuat sang pria Hyuga melirik dari ekor matanya.

Saat ia tengah berfikir, jemari lentik wanita itu tiba-tiba menyentuh punggung tangannya yang berada di ambang jendela. Begitu ia menoleh Sakura bergegas memegang kedua telinganya sendiri lalu tersenyum dengan canggung, "Gomen-nee, semua tingkah bodohku tadi tolong jangan di ambil hati,"

Helaan pelan pun di hembuskan pria itu saat  mendengar suaranya yang begitu mengiba, ia pun kembali menatap ke depan sembari bersedekap, "Aku hanya sedang berfikir, bukan marah,"

Sakura yang kembali salah sangka pun perlahan menurunkan tangannya dengan raut sedih lalu tertunduk, "Kau tidak perlu berfikir panjang lebar, aku dan Aito akan pergi sendiri sekarang,"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Akai ItoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang