4. Cautionary

1.7K 385 89
                                    

"Gimana rasanya dianterin mas crush pulang?"

"Baper. Tapi sayang, kerjaannya emang ngebaperin orang."

Tergelaklah Ghania, agaknya merasa lucu dengan ngenesnya si Falusha ini. "Kak Gilang tuh apa, ya? Dia selalu punya cara buat bikin kita terikat sama dia, dan kayaknya sejauh ini gue belum pernah lihat dia gagal dapetin cewek yang dia mau. Bahkan yang sejual mahal Kak Reina pun kepincut juga sama dia."

"Kak Reina siapa lagi?"

"Kalau setahu gue sih, mantan terlanggengnya. Tapi udah jadi alumni tahun ini."

"Berapa lama?"

"Ada kali satu semester."

"Demi apa? Langgengnya dia cuma enam bulan???"

Ghania mengangguk mengiyakan. "Udah dibilang, nggak ada yang bisa tahan sama dia. Padahal kalau dilihat-lihat, Kak Gilang tuh asik-asik aja orangnya. Nggak dingin kayak Kak Yatha, juga nggak petakilan kayak Kak Byan. Tapi, entah kenapa dia susah banget buat dimengerti. Lebih rumit dari cewek kayaknya."

"Nah, apa kabar gue yang dari awal udah suka? Yang ada cuma dimainin sama dia."

"At least doi nggak suka ke mana-mana kayak cowok gue kalau lagi kumat setannya."

Falusha pun menghela napas. Berat juga ya naksir cowok ganteng, banyak cobaannya.

Ia kemudian pamit meninggalkan kelas menuju toilet. Namun sejak berbelok ke koridor yang kebetulan adalah wilayah kelas 12 pun rasanya sudah tidak beres, seperti ada yang mengikutinya. Maka dari itu Falusha menyegerakan langkah dan memasuki salah satu bilik dengan cepat untuk menyelesaikan panggilan alam dulu. Setelah keluar benar saja, lima orang gadis berlagak preman sudah menunggunya di depan pintu.

"Ini pelakornya?"

"Jalang barunya Gilang, ya? Salam kenal, gue pacarnya."

Falusha mengernyit. Loh? Masih pacaran? Bukannya pagi itu satu sekolah dihebohkan dengan tagar #lenatukangemis yang bercerita bahwa gadis yang mengaku kekasih Kanaka ini nyatanya berselingkuh dan mengemis untuk kembali setelah kepergok?

"Diem aja, berarti bener, dong?"

"Sorry, gue nggak ngerti jalang apaan. Dan lagi, jangan suka ngaku-ngaku kalau dia sendiri udah nggak peduli sama lo."

"Berani lo ya?!" Rambut Falusha disentak ke belakang, inginnya langsung ditepis, namun kedua tangannya sudah ditahan oleh teman-teman Helena yang lain.

Satu.

"Gue yakin banget sih, kalau alasan dia mutusin gue itu karena lo! Udah lo kasih apa aja, hah? Badan lo?"

Falusha mendecih, dipikir ia akan takut dengan gertakan seperti ini?

"Wow, kentara banget kalau lo sendiri pernah nawarin tubuh lo ke dia."

Plak!

Dua.

"LO SAMA AJA KAYAK GUE! DASAR PELAKOR!" Hardiknya tepat di depan wajah Falusha. "Jauhin dia! Paham?!"

Sebagai penutup tubuh Falusha didorong hingga membentur dinding dengan cukup keras. Gadis itu bergeming menatap kepergian kelima orang tadi, lalu berdecak. Baru juga kemarin dibuat bahagia, sekarang sudah disadarkan lagi.

Akhirnya Falusha bangkit untuk memeriksa pipinya yang memerah, juga kunciran rambut yang sudah berantakan selepas dijambak.

"Tiga."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
pages between usTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang