7. Find Out

1.3K 339 61
                                    

"Masih belum baikan sama si Lusha?"

Ghania sedih sebenarnya, padahalkan mereka baik-baik saja. Ia tidak mau sandiwara ini jadi sungguhan karena Ghania sendiri tidak ingin ia dan Falusha jadi saling berjauhan satu sama lain.

"Iya, masih." Angguknya.

"Masalahnya apa sih? Kok lama banget diem-diemannya???" Doren tidak tahan untuk bertanya. "Nggak baik tahu marahan sama temen sendiri. Kalau pada gengsi sini gua bantu buat baikan!"

Ghania makin cemberut. Mau bagaimana lagi? Ia tidak bisa memaksa Falusha untuk ikut dengannya, gadis itu kan masih dalam tahap penyembuhan luka. Tadinya pun Ghania ingin ke kantin bersamanya, tapi pacar buayanya ini malah rewel minta disamperin.

"Dia makan di kantin mana?" Kanaka tahu-tahu bertanya. Bikin Ghania panik sebab takut Kanaka akan menghampirinya.

"Kurang tahu juga."

"Chat gue nggak dibales dari kemarin." Begitu katanya. Ghania nyaris mengumpat, jadi Falusha sudah memulai aksinya?

"Cieee galau...." Doren meledek. "Jangan-jangan Gilang di-ghosting???"

"Masuk akal." Angguk Yatha. Kanaka mendelik.

"Apa-apaan anjir?"

"Kalau bener, gue bakal menyebut Falusha cewek imut dan pemberani sih." Sahut Abyan. Ya, Ghania juga setuju.

Di sisi lain, usai menghabiskan makan siang, Falusha dan kedua teman barunya kini berada di ruang latihan untuk mengurus pendaftarannya sebagai anggota baru.

"Lo bisa ikut latihan mulai besok. Latihannya dua kali seminggu, selasa dan kamis."

"Oke deh. Makasih yah."

Zafiya mengangguk singkat. "Gue sama Eren ke kelas duluan kalau gitu."

"See you!"

Karena kelas mereka juga beda arah, jadi Falusha berjalan sendiri lagi. Niatnya mau mampir ke toilet dulu buat memenuhi panggilan alam. Tapi sepertinya takdir tidak menginginkan dia untuk menghindar lagi, karena secara tiba-tiba Kanaka muncul dari arah berlawanan, membuat Falusha spontan membalik badan kendati tahu semua sudah terlambat, Kanaka berhasil menahannya lebih dulu.

"Lo ngehindar?" Tembaknya dengan pertanyaan. Soalnya tadi ia lihat sendiri kalau Falusha memutar arah setelah melihatnya.

"Hai, Kak. Hehehe."

"Sama Ghania belum baikan?"

Falusha tahu alasan Ghania soal mereka, namun sepertinya tidak akan berguna lagi. Sebab dia yakin setelah ini Kanaka akan terus mencari, untung saja luka di pelipisnya sudah mengering meski masih tertutupi oleh plester luka.

"Nanti mau baikan kok, kalem."

"Habis dari mana?"

"Ruang karate."

"Ngapain?"

"Jajan cendol."

Kepala Falusha malah ditoyor, bikin si gadis spontan memekik karena telunjuk Kanaka yang tepat menekan lukanya dengan cukup keras.

"Ashh, sakit!"

"Mananya???"

Dengan sigap Kanaka menyelipkan rambut si gadis untuk mengecek luka yang betulan tidak sengaja ia sentuh. Naas belum sempat Falusha menikmati momen romansa ini, sosok Helena di ujung koridor sudah lebih dulu tertangkap olehnya. Sontak pun ia mendorong tubuh Kanaka menjauh dan berlari meninggalkannya.

Kanaka bingung dong, sebenarnya Falusha ini kenapa? Apa ia sungguhan ingin menjauh dari Kanaka dan teman-temannya?

"Gilang? Kamu ngapain di sini?" Itu Helena yang berlari untuk menghampiri, namun hanya Kanaka balas dengan tatapan datar kemudian turut berbalik pergi.

pages between usTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang