15. Overthinking

875 215 88
                                    

"Gaes inget, lusa udah UAS ya! Noh jadwalnya ditempelin. Silakan difoto karena gua males dimintain mulu di grup."

"Hah?? Yang bener???"

"Wah... Nggak kerasa ya bestie. Tahu-tahu semester depan udah lulus aja. Tetap solid ya brader, jangan pada ngilang."

Kata Doren sambil menyeka air mata imajinernya. Terduduk di sebelah Abyan yang masih molor mumpung jamkos, dengan Yatha dan Kanaka di bangku seberangnya.

"Alay betul budak ni."

"Terutama elu, Tha! Udah pendiem jangan makin diem! Kalau ada apa-apa tuh diceritain! Ini malah mabok-mabokan. Mana kagak ngajak."

"Astaghfirullah dude. Kalian ini makin kesini makin kesana aja ya." Sahut Kanaka usai meletakkan ponsel di atas meja, setelah puas nontonin video tektok Falusha sama Ghania lagi joget-joget di kelas. "Btw, mau belajar bareng dimana?"

"Base aja nggak sieee? Bebas, bisa nginep juga."

"Jangan deh, di sana banyak stik pes. Gua gampang oleng kalau lihat begituan."

"Kalau nggak serius belajar jangan panggil gue." Celetuk Yatha sembari merapikan buku-bukunya.

"Serius bro. Ntar gua dipenggal Kak Kiran kalau dapet nilai rendah." sahut Kanaka dengan wajah melas.

"Jangan bawa cewek."

"Emang nggak punya."

Kalau kata saya sih, kasihan Falusha. Sudah digantung, rela dibegoin cinta pula.

"Jamkos sampai pulang, kan? Gua balik duluan dah."

Seusai pamit Kanaka ambil tas dan meninggalkan kelas, lalu berjalan menuju parkiran dimana Falusha sudah menunggu.

"Hai cantik."

"Minimal ditembak lah."

Sahut Falusha bikin Kanaka tertawa. Seperti biasa hari ini doi mengantar Falusha pulang. Kalau ditanya ngerepotin atau tidak, ya... Kanaka sih santai. Dinikmati saja katanya, ujungnya nanti bagaimana, kita lihat saja.

"Minggu depan udah UAS aja. Rasanya cepet banget. Bener-bener nggak kerasa...."

"Pasti karena ada gue yang mengisi hari-hari lo. Makanya nggak kerasa."

"Lo juga gitu kan?"

Kanaka mengidikkan bahu. "Nggak juga. Mau cepet-cepet lulus biar bisa keluar zona nyaman-"

"Dan ninggalin gue?"

Falusha refleks tepuk bibir karena kelepasan ngomong begitu. Kanaka-nya cuma cengar-cengir.

"Selama masih ada nyawa. Kita masih punya banyak kesempatan buat ketemu. Kecuali kalau nyawa lo sebatas di kota ini, mungkin bisa mati kalau nekat nyusul gue jauh-jauh."

Dan Falusha pun cemberut. "Jadi lo emang nggak ada niatan buat nyamperin gue lagi, gitu? Lagian, sejauh apa lo bakal pergi?"

"Sejauh yang gue bisa?"

Wah, Falusha makin emosional hingga tak terasa pelukannya kian erat di tubuh Kanaka. Kalau saja cowok itu tidak ngeluh sesak, mungkin Falusha sudah memeluknya sampai pingsan di jalan raya.

"Besok nggak ada niatan ngajak gue jalan gitu?"

"Mau ke mana emang?"

"Ya kemana aja."

"Minggu kemaren kan udah."

"Itu kan minggu kemarin!" Serunya mendengkus keras. "Ini baru sebulan loh, Kak. Masa udah lost interest aja sih sama gue????"

pages between usTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang