Falusha salah besar ketika mengira Kanaka akan menjauhinya untuk beberapa alasan seperti kecewa, ilfeel, atau ngeri. Biasanya kan cowok ganteng tidak senang bila merasa didominasi oleh lawan jenis (dalam suatu hubungan), biasanya begitu. Padahal sekarang kesetaraan gender sudah berlaku. Bahkan kalau Falusha ingin, ia bisa saja confess padanya.
Tapi tapi tapiiii, Falusha sadar betul sedang dekat dengan pemuda non-ecek-ecek alias penuh marabahaya dan tipu daya. Tidak ada yang tahu isi hati dan pikiran seseorang. Lalu karena Falusha percaya pada teori quantum yang berbasis kemungkinan, maka ada banyak alasan mengapa Kanaka memilih untuk tetap dekat dengannya. Dan 'naksir' adalah opsi terakhir yang bisa Falusha pikirkan.
Kendati demikian bukan berarti Falusha tidak senang dengan kemajuan hubungan mereka yang jadi lebih intens walau nyatanya mereka jarang sekali berkirim pesan satu sama lain, berhubung ponsel Falusha yang masih berada di tangan sang ibunda.
Hari ini sudah masuk hari ketiga Falusha menjalani liburan skorsing-nya. Lusa kemarin Kanaka berjanji akan menemuinya lagi. Hufff, andai ia diberi ijin keluar rumah, sudah pasti Falusha minta diculik Ghania jalan-jalan. Karena jujur saja, 60% hukuman ini menyiksanya.
Kisaran pukul empat sore, Kanaka sungguhan datang lagi. Kali ini Alesha, selaku Ibu Falusha telah menaruh curiga pada si pemuda. Katanya sudah pasti mereka ada apa-apanya.
Maka usai Alesha menyambut dan menyuruhnya duduk di ruang tamu, beliau bertanya.
"Nak Gilang ganteng loh, kok mau-mau aja sih sama Lusha?"
Kanaka refleks menahan tawa, juga salah tingkah sebab mendadak ditanya seperti itu. "Kami nggak pacaran, Tan. Cuma lagi deket aja, temen."
"Semua kan juga berawal dari teman. Tante sama suami tante satu kelas malah. Tiga tahun nggak pernah bergaul sama dia, pas lulus tiba-tiba doi nembak Tante. Pacaran 6 tahun habis itu nikah deh."
"Wow... Lancar juga ya, Tan."
Alesha terkekeh. "Enggak sih, waktu itu Tante sampai rela putus sama pacar Tante yang baru jalan lima bulan. Sekelas juga."
Kedengarannya seru sekali mereka bercerita hingga tak sadar Falusha sudah bersandar dekat tangga melihat keduanya tertawa entah karena apa.
"Ini aku balik ke kamar aja apa gimana deh?"
Kanaka menengok, tersenyum kecil sebelum kembali menatap ke si bunda.
"Tan, Lusha nya boleh saya ajak jalan sebentar?"
Alesha kontan berdengung, berlagak berpikir untuk mengerjai dua muda-mudi ini. "Tapi kan Lusha lagi dihukum... Hmm, gimana yah???"
"Kalau nggak boleh, nggak apa-apa, Tan."
"Eit, Tante kan belom selesai mikirnya." Alesha lalu beranjak menghampiri putrinya, mengendus-endus dan membolak-balikkan tubuh Falusha. "Boleh aja sih... Tapi Lusha nya gembel gini nggak apa-apa ya?"
"BUNDA IHHHH!"
Alesha pun terbahak. "Bercanda. Dia sampai pakai parfum gini lho, Nak Gilang. Ngaku aja deh kalian sebenernya udah pacaran kan???"
Falusha berubah merengek. Bikin Alesha dan diam-diam Kanaka ikut gemas. Berasa pingin ikutan guyel-uyel pipi chubby itu.
"Jalan sana, jangan jauh-jauh tapi. Nggak boleh lewat jam delapan, nanti ketahuan Ayah bisa langsung disidak pacar kamu."
"Bunda apa-apaan dehhh." Celetuk Falusha merasa ngeri. "Ayo kak, mau ke mana kita?"
"Ke tempat yang waktu itu gimana? Kayaknya pas sunset di sana bagus." Katanya. "Atau mungkin karena lo lagi di sana makanya jadi gitu, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
pages between us
Fanfiction[ ft. park jisung ] pages between us, written with no end. so many words we're not saying, don't wanna wait 'til it's gone. ©tuesday-eve, 2021.