Pada akhirnya mereka tak jadi pulang bersama dikarenakan Falusha yang bersikeras untuk tidak bertemu. Ia belum siap, sangat tidak siap.
Namun keesokan harinya ia pasrah dibawa Ghania menuju kantin Mbak Ita tempat dimana bujang-bujang itu berkumpul. Setelah Kanaka mengancam akan mendatangi dan menjemputnya bila Falusha tidak datang ke sana.
"Akhirnya gadis kita yang satu ini muncul juga!" Sambut Doren dengan cipika-cipikinya. Falusha cengar-cengir saja sambil menyapa Yatha dan Abyan bergantian.
"Duduk sono deket Kak Gilang."
Modar modarrr, Falusha benar-benar akan pingsan jika Kanaka berani menggodanya sekali lagi. Tapi kau tahu? Ia tidak akan terjebak dalam permainan pemuda ini. Sekadar ingat saja masih ada utang dare dari Ghania yang mesti dilunasinya.
"Mau makan apa?"
Falusha menghela napas dalam-dalam sebelum menunggingkan senyum manisnya pada Kanaka. "Samain aja sama kamu."
Permisi, Ghania hampir menelan sedotan ketika melihat perubahan sikap keduanya yang berubah drastis.
"Wow wow wow, what the fuck just happened?" Abyan menginterupsi kegiatan dua muda-mudi ini. "Kalian udah jadian?"
Dan ajaibnya kedua orang ini sama-sama kompak menutup mulut, tidak menepis ataupun membenarkan. Membingungkan semua orang.
"Damn. Gue penasaran gimana ceritanya." Monolog Yatha yang terduduk di sebelah Doren yang sudah komat-kamit sembari mengotak-atik ponselnya. "Gila gila gila!"
Falusha kembali tersenyum, kali ini khusus ditujukan kepada mata-mata Helena di sudut sana. Tatapan itu meremehkan sekali, senyumnya sungguh punya makna yang tidak menyenangkan.
I'm ready.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kak Gilang!"
Sengaja Falusha meneriakinya di depan kelas Helena dan kawanan tuyulnya sedang duduk berkumpul ngerumpi yang ia yakini hanya berisi gunjingan terhadap orang lain termasuk dirinya. Kanaka yang sejatinya tidak tahu apa-apa namun juga sedang menjalankan 'misi mandiri akhirnya tersenyum ke arah Falusha yang baru saja tiba di depannya.
"Gue mau pakai tawaran yang kemarin."
"Soal?"
"Pulang bareng."
"Mau tunggu bentaran, nggak? Gue sama yang lain disuruh ngumpul dulu."
"Hmm, ya udah deh kalau gitu kapan-kapan aja." Ujarnya. Sebenarnya sih memang tidak diniatkan untuk pulang bersama. Ini hanya akal-akalan Falusha untuk memanasi Helena yang kebetulan ada di sana.
"Kenapa?"
"Males nunggu."
Kanaka mengernyit. "Dasar aneh."
"Hahaha, kalau gitu aku duluan yah. Kamu hati-hati di jalan."
Maka berlalu lah Falusha setelah melambai dan melempar senyum manisnya pada Kanaka. Ada Helena dengan emosi yang sudah mencapai ubun-ubun, jika seorang indigo sedang kebetulan lewat mungkin akan langsung terbirit-birit karena melihat aura hitam pekat dan tanduk merah sudah bertengger di kepala gadis itu.