"Cieee kemarin dari mana tuh sama Kak Gilang? Sampai masuk snapgram-nya loh, Lus."
"Emang dengan gue masuk snapgram-nya, gue dan dia resmi berjodoh haaaaaa? Kan enggak."
Dan Ghania masih saja terus menggoda Falusha di tengah kegiatannya menyalin PR yang sampai terlupa saking senangnya habis jalan dengan mas crush kemarin.
"Jadi bagaimana sensasi diajak jalan berdua sama crush bu hajahhh???"
"Terbang."
"Apanya?"
"Kewarasannya."
"ACIAT CIAT!"
Lalu keduanya tertawa seperti orang gila, tidak memedulikan murid lain yang sibuk membicarakan Falusha lantaran dirinya yang berhasil membuat Kanaka tertarik untuk memotret dan membagikan foto miliknya di sosial media. Banyak yang mengira mereka telah berpacaran, tapi lebih banyak yang mencercanya dengan sebutan pelakor. Sebab kedekatan mereka yang terjadi tepat setelah Kanaka berpisah dengan Helena si tukang ngemis yang nggak punya malu, kata Doren loh ya.
Tapi Falusha sebenarnya tidak benar-benar cuek, apalagi kalau sedang berjalan di luar kelas, maka bisik-bisik tetangga hingga nyinyiran terang-terangan akan ia terima. Seperti saat ini, ketika Falusha baru kembali dari kantin seorang diri sebab Ghania mampir ke toilet dulu buat setoran. Di kantin tadi juga hanya ada mereka dan Doren. Kanaka dan Abyan sedang ada pertemuan dengan ekskul basket mereka dan Yatha sedang melakukan rutinitasnya sebagai seorang bucin.
Tuk!
"Aw!" Falusha meringis ketika sebuah sepatu tepat mengenai kepalanya. Cukup keras menandakan lemparan tersebut dilakukan dari jarak dekat. Dan benar saja, pelakunya adalah Helena dan kawanan siluman ularnya. Bahkan sebelum Falusha sempat menegakkan posisi, tubuhnya sudah diseret duluan menuju kelas kosong yang masih dalam tahap konstruksi.
Empat.
"Lo apa-apaan sih?!"
"Elo yang apa-apaan! Dasar cewek murahan!"
Falusha terkesiap. "Hah? Maaf aja nih, tapi gue nggak ngerasa pernah open BO, tuh."
"Diem lo!" Helena menghardiknya. "Yang kemarin masih kurang, hah?! Gue bilang jauhin Gilang karena lo nggak pantes buat dia!"
"Gimana bisa lo tahu? Sedangkan lo sendiri udah dibuang sama dia---argh! Lepas anjing!"
"Lo anak baru tapi belagu juga, ya?" Lalu Helena kembali menjambak rambutnya kuat-kuat. "Terlepas gue udah putus atau enggaknya, bukan urusan lo! Tapi gue nggak sudi Gilang deket-deket sama cewek uler kayak lo!"
Lima.
Falusha meringis, namun masih sempatnya menunggingkan senyum miring ke arah Helena. "Lo marah karena apa sih? Pacar juga udah bukan-"
Plak!
Enam.
"Gue. Enggak. Suka. Lo. Deketin. Gilang! Paham?!"
Tubuhnya kemudian dihempas lagi, namun kali ini dengan posisi tubuh menghadap dinding hingga membuat pelipis Falusha tergores dan mengeluarkan darah. Alih-alih menangis, Falusha makin melebarkan senyum lalu berbalik pada Helena dan teman-temannya.
Tujuh.
"Pesan gue, Kak Helena-" Ujarnya menyeka darah yang mengalir di pipi. "Puas-puasin nyakitin gue separah yang lo bisa. Tapi, jangan salahin gue kalau nanti lo sendiri yang malah kehilangan."
Namun Helena mendecih dan kembali mencengkram rahang Falusha kuat-kuat. "Lo ngancem gue? Gue nggak takut!"
"Cih, tapi ngelabrak aja masih bawa babu."
KAMU SEDANG MEMBACA
pages between us
Фанфик[ ft. park jisung ] pages between us, written with no end. so many words we're not saying, don't wanna wait 'til it's gone. ©tuesday-eve, 2021.