5. Taiyaki

1.6K 377 68
                                    

"Kamu sama Iyaf bareng aja. Motornya nggak usah dipakai lagi. Kayaknya udah rusak banget, padahal baru minggu kemarin dibawa ke bengkel."

"Asikkk motor baru!!!" Falusha berseru dan memeluk sang ayah. "Iya kan Ayahhh?"

"Iya iya... Ayah usahain secepatnya."

"Lusha sayang Ayah dan Bunda. Kami berangkat ya!" Pamitnya usai mencium tangan dan pipi orang tuanya.

"Iyaf bawa motornya jangan ngebut!"

Shaliaf si anak mama hanya mengangguk sebab wajahnya yang sudah tertutupi helm full face dan menggenggam stang motor matic kesayangan. Sebetulnya ia bercita-cita ingin menunggangi motor sport, namun berhubung usianya belum memadai jadi sang ayah menjanjikannya benda itu jika sudah cukup umur serta telah cukup latihan untuk mengendalikan motor ber-cc tinggi.

Ngomong-ngomong, kembaran Falusha ini memang punya passion di bidang otomotif, oleh karena itu sekarang dirinya mengambil jurusan teknik otomotif di sekolah kejuruannya. Yang hanya berjarak kurang lebih setengah kilometer dari sekolah Falusha.

"Lo balik jam berapa?"

"Yang jelasnya nggak bisa jemput."

"Ck, lo tega biarin gue naik ojol?!"

"Gue kan ada ekskul oneng."

"Oh iya, lupa." Ubahnya terkekeh. "Ya udah deh, berangkat sono. Nggak usah ngebut lo bukan Rossi."

"Emang bukan, soalnya gue Marquez."

Sudah itu anaknya malah kabur. Menggemaskan sih kalau kata Falusha. Tampangnya saja kayak tukang pukul, kalau sedang berdua Shaliaf bisa jadi adik termanis sedunia. Ya... walau faktanya mereka lahir hanya selang beberapa menit.

"Barusan cowok lo, ya?"

Tanya seseorang yang berdiri di belakangnya, refleks saja tangan Falusha bergerak gesit menyikut si pemuda hingga membuatnya meringis.

"ASTAGA! KAK YATHA NGGAK APA-APA?!"

"Kena paru-paru gue kayaknya...."

"Aduh... Maaf, Kak! Beneran nggak sengaja. Soalnya Kak Yatha ngagetin." Falusha mau sentuh tapi tidak berani, nanti kena marah pacar Yatha yang katanya posesif itu. "Tulang rusuknya aman?"

Yatha mengangguk sebagai jawaban, lalu tanpa berucap ia berbalik pergi dari hadapan Falusha.

"Goblok banget sih, Falushaaaaaa. Refleks lo udah nyakitin banyak orang tahu nggak?!"

Tapi memang ini tujuan belajar bela diri bukan?

Sesampainya di kelas gadis itu belum menemukan keberadaan teman sebangkunya, memang masih terlalu pagi untuk ukuran kaum mepet macam Kanaka endegeng. Yang datangnya sisa semenit sebelum pagar ditutup. Pengecualian untuk Yatha yang sudah datang barusan.

Dan benar saja, 5 menit sebelum bel masuk berbunyi Ghania baru datang. Outfit-nya seperti biasa dengan jaket leather yang menutupi seragam sekolahnya, berpasangan dengan milik Abyan yang bergaya persis. Couple goals sekali.

"Pagi Lus."

"Pagi Gan."

"Dateng jam berapa?" Tanya Ghania basa-basi sembari melepas jaket dan menyimpan tasnya di bangku.

pages between usTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang