17. Indecisive

853 224 95
                                    

memasuki semester baru alias semester terakhir untuk para siswa kelas tiga, guru-guru sudah pada nodong mereka buat belajar lebih serius sejak hari pertama mengingat semester ini hanya akan dihabiskan dengan mengulas materi, ulangan, dan bimbingan sore.

diberitahu seperti itu, murid-murid tentu saja frustasi. hanya sebagian kecil yang tidak bereaksi bahkan jadi lebih semangat belajar dan tidak sabar meninggalkan neraka kecil ini. katanya.

"eskul juga kita udah pensi." abyan menghela napas panjang dan terduduk lemas di kursinya, kanaka juga sama. sementara doren yang apa-apa dibawa selow jadinya biasa saja. dan ada yatha yang sama sekali tidak berekspresi alias kayak patung batu emoji🗿







"permisi, kak abyan sama kak gilangnya ada?!" seru anak kelas sebelas yang mereka tahu juga tergabung dalam klub basket.

"hadir." abyan acung tangan lalu menurunkan kaki dari atas meja, sedangkan kanaka langsung berdiri dan menghampiri. "kenapa?"

"saya diminta sama kapten buat bawa kak byan sama kak gilang ke ruang klub, sekarang."

"ada ijin?"

"sudah, kak. hari ini memang belum ada PBM."

kanaka mengangguk dan menoleh ke abyan untuk bergerak. setibanya di sana, baru saja kanaka berpijak di ambang pintu, mendadak ruangan menjadi heboh dan berisik. abyan saja sampai harus menutupi telinganya yang berdengik.

"kak gilang! itu kak gilang!"

"tinggi banget sihhh! idaman!"

"DIAM!!!" kapten menyeru. meredakan keramaian para siswi tahun pertama yang masih saja kebakaran jenggot setiap kali melihat si mantan kapten dan wakil klub basket itu. ternyata oleh si kapten, abyan dan kanaka diminta tolong menegur oknum khususnya para tingkat satu soal kinerja mereka yang menurun drastis padahal sebentar lagi akan diadakan pertandingan antar sekolah.

selepas di-briefing mereka kembali berdiri di depan para anggota klub yang sudah duduk rapih di lantai beralaskan karpet.

abyan maju selangkah dan mulai mengeluarkan seringai mautnya. senyum yang ditakuti oleh semua anggota semasa ia masih memimpin klub ini. seisi ruangan tegang dan merasa dijebak oleh para senior, sebab tadi diberitahunya hanya berkumpul untuk membahas soal lomba dan akan diberi semangat oleh calon alumni saja.

"ini baru gue tinggal sebentar kok udah berulah aja?" ujar abyan, rendah dan pelan. lebih terdengar seperti sedang menggeram. "belum genap sebulan loh, gua sama gilang pensi. gua masih keliaran di sekolah ini dan kalian udah berani males-malesan jelang lomba? mentang-mentang udah bukan gua sama gilang yang ngawasin?"

semua, terutama tim basket putra menunduk dalam. tentu saja sindiran ini diperuntukkan untuk mereka. meskipun tim basket putri kini juga tak luput dari tatapan tajam kanaka.

"gua tanya coba, apa alesan kalian nggak mau latihan? terkhusus bagi yang semester kemaren langsung ikut tanding bareng gua?"

"udah ngerasa sakti kali, bang." sahut si kapten baru. "sampai gua aja dilawan, katanya nggak usah ngatur-atur."

abyan tertawa sinis. "waduh, gimana, tuh? kapten sendiri dilawan coba." ujarnya dan berjongkok di hadapan salah satu siswa. "gua dikasih tau, katanya elu salah satu oknum yang ngehasut orang lain buat ikutan bolos, iya?"

pages between usTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang