14. Expectation

1.2K 230 118
                                    

"RAIDU! Sini bentar, Nak!"

Raidu ; pemuda 17 tahun setinggi 175 cm, bertubuh ideal namun tak cukup atletis, dengan kulit pucat dan kaca mata yang senantiasa bertengger di hidung kiyutnya. Dari kesan pertama sudah bisa diterka kalau Raidu adalah pemuda pintar yang bertata krama juga sopan santun. Tidak berpotensi menjadi generasi menyimpang, cenderung apatis namun punya publik speaking yang sangat baik, dan sepertinya tidak pernah tertarik pada hal lain kecuali buku dan belajar.

"Ada perlu apa, Buk?"

"Eh, ini. Bisa tolong panggilkan Falusha? Ibu ada perlu sama dia."

"Baik. Disuruh temui Ibu di mana?"

"Di ruang guru aja. Tolong ya, Raidu. Makasih."

"Sama-sama, Buk. Kalau gitu saya permisi dulu."

Usai pamit, Raidu segera membalik badan dan melangkah menuju kelas sembari menggumamkan nama yang gurunya sebutkan tadi agar tidak terlupa. Tatapannya langsung mengedar begitu tiba di ambang pintu, hendak mencari sosok baru yang mengisi kelasnya 3 bulan yang lalu itu.

"Lusha."

Merasa dipanggil, Falusha lantas menoleh dan menemukan Raidu sudah berdiri di samping bangkunya.

"Nyari gue, Rai?"

"Lo disuruh Buk Popi ke ruang guru."

"Sekarang? Ngapain?"

"Kalau itu gue kurang tahu."

"Gue doang?"

"Iya." Gadis itu menghembuskan napas kasar, mood-nya seketika hancur mendengar dirinya dipanggil wali kelas lagi. "Ck, Ghania ke mana, sih?"

"Lo nanya gue?"

"Enggak, Rai. Gue ngomong sendiri." Ujarnya lalu berdiri. "Raidu, temenin gua, ya?"

"Kenapa? Lo lupa jalan ke ruang guru?"

"Gue males keluar sendiri. Mau ya?"

Raidu mengangguk. " Ya udah, ayo."

Falusha langsung cengar-cengir dan cepat-cepat menyusul Raidu yang sudah jalan duluan. Karena jujur saja, selain Ghania, teman kelas yang paling dekat dengan Falusha hanyalah Raidu. Itu juga kalau bukan karena insiden berdarah tempo hari, mereka tidak akan jadi seakrab ini.

"Kira-kira gue mau diapain lagi, ya?"

"Emang biasanya diapain?"

"Diskriminasi."

"Karena?"

"Gue manusia jadi-jadian, katanya."

"Sejenis Uzumaki Naruto?" Pertanyaan berintonasi kelewat polos itu sontak membuat Falusha terbahak hingga kelepasan memukuli pundak Raidu berkali-kali.

"HAHAHAHA KOCAK LO--- eh, tapi kalau bisa, gue maunya dipanggil undertaker aja, sih. Biar samaan ama ayang Shinei Nouzen."

"Kebetulan Milize waifu gue."

"SUDAH KUDUGA LO INI SEORANG WIBU." Serunya heboh sampai menarik perhatian murid-murid yang ada di koridor.

"Udah sampai, sana masuk."

"Tungguin yak! Awas kalau ditinggal."

Untung saja Falusha dipanggilnya cuma sebentar, waktu ditanya di dalam ngapain aja Falusha hanya tersenyum dan malah mengalihkan topik jadi seputar dunia per-anime-an yang sama-sama digemari. Sampai pada keduanya yang sepakat untuk ke bioskop bersama weekend nanti mengingat beberapa hari lalu anime kesukaan mereka merilis movie terbarunya.

pages between usTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang