lalu tibalah hari dimana acara pertunangan sang kakak dan si abang tongkrongannya dilaksanakan. kanaka dan kunara dari tadi sudah sibuk menyapa sekalian berkenalan dengan beberapa anggota keluarga dari si papa yang kebetulan datang juga.
berhubung acaranya intimate, jadi yang datang memang hanya keluarga dekat. hanya saja, yang tak mereka ketahui adalah si calon mempelai pria ternyata berasal dari keluarga besar, dimana seluruh anggotanya sangat solid dan cemara.
belum lagi para sahabatnya yang tentu saja datang, secara ketua tongkrongan mereka terkhitbah nih bos. beda dengan keluarga kirani yang tamunya hanya bisa dihitung jari. itu sudah termasuk orang tua, saudara, paman, bibi, juga kedua sahabat kirani.
meski begitu, kesepakatan untuk tidak menyebar luaskan berita mengenai status mereka kompak disepakati, sebab itu berasal dari permintaan si calon mempelai wanita alias kirani.
irene lalu meminta kanaka agar menjemput kakaknya itu untuk dibawa bergabung bersama mereka berhubung acara hendak dimulai. si pemuda pun bergegas menaiki tangga menuju ruangan dimana kirani sudah menunggu setelah selesai didandani. entah mengapa rasanya tak karuan, padahal bukan kanaka yang akan bertunangan.
lalu begitu ia membuka pintu, matanya kontan tertuju kepada sang kakak yang tengah terduduk membelakangi pintu, sosoknya hanya diam termenung menatapi jendela yang menampakkan halaman depan rumah kedua orang tuanya.
"kak kirani? " panggil kanaka, yang dipanggil lantas menoleh dan tersenyum manis. membuat sudut mata pemuda itu seketika dipenuhi cairan bening yang tahu-tahu sudah menetes.
karena untuk yang pertama kalinya, kanaka melihat kirani mengenakan baju kebaya, juga didandani secantik dan seanggun ini.
"naka?" kirani beranjak dan menghampiri, sejenak kanaka hanya bergeming, sama sekali tak merasakan air mata yang sudah mengalir di ujung dagu.
lalu saat kirani menyentuh bahunya, barulah kanaka terkesiap dan segera menghapus jejak tangis di kedua sisi pipinya.
"jangan bikin kakak kaget, heh. lo kenapa?"
kanaka berdengus geli. "kalau aja kak kirani nggak tahu, ini namanya terpesona."
jawabnya buat kirani lantas mengulum bibirnya, mendadak gugup. "terus kenapa nangis coba?"
"sedih aja. soalnya habis ini bakal punya saingan, nggak bisa lagi godain lo sebebas dulu, huhuhu...."
ujarnya berlagak patah hati yang membuat kirani lantas mengusak rambut si adik. "Nggak usah lebay, gue bakal tetep jadi kakak lo, kampret."
"ya udahlah, ayok turun. bang harzi udah nggak sabar noh, ketemu calon bininya."
kanaka sigap meraih tangan si kakak untuk dikaitkan pada lengannya. menuntunnya perlahan menuruni tangga saat pemandu acara meminta mereka untuk bergabung. kanaka sudah seribu persen yakin kalau harzi akan terpana melihat kakaknya yang menjelma bak bidadari hari ini.
dan benar saja, saat kanaka menangkap sosok harzi terduduk di sisi seberang diantara kedua orang tuanya, lelaki itu sudah diam tak berkutik memandangi setiap jengkal figur calon mempelainya.
tapi, menurut kanaka si abangnya itu juga tak kalah keren hari ini. apalagi kalau sedang diam kalem begitu, wibawa dan karismanya langsung terlihat jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
pages between us
Fanfiction[ ft. park jisung ] pages between us, written with no end. so many words we're not saying, don't wanna wait 'til it's gone. ©tuesday-eve, 2021.