3. Effort (less)

1.8K 412 89
                                    

"Lo sama Kak Gilang ada hubungan apa?"

"Suami istri."

Falusha spontan menoyor kepala Ghania yang menjawab pertanyaan barusan. "Jangan menyebar fitnah dajjal anda."

"Huaaa bangsat, itu sakit!"

Sedangkan teman yang baru saja bertanya hanya bisa mencibir diam-diam karena takut kena semprot Ghania kalau ketahuan menggosipi teman barunya.

"Lah? Malah cabut anaknya."

"Risih banget anjir, dia orang kelima yang nanya begitu pagi ini."

Reaksi Ghania lalu mengerling. "Ya siapa juga yang nggak penasaran sama cewek yang dengan pedenya nyium tangan cogan sesekolahan? Jangankan salaman, duduk bareng aja mereka belum tentu bisa. Bahkan nih ya, dari semua cewek yang pernah Kak Gilang pacarin, cuman dua orang yang gua lihat pernah ngantin bareng dia. Sisanya nggak tahu deh ditaroh di mana."

"Di pangkuan kali?"

"Hmmm, bisa jadi."

Falusha tertawa, lebih terdengar seperti tawa miris karena sudah menyadari kalau dirinya tidak akan bisa memiliki hati itu sepenuhnya. Jangankan hati, perhatian saja belum tentu dapat.

"Gua mau nyusul Kak Byan di lapangan indoor, ikut nggak?"

"Gue langsung ke kantin aja deh, udah laper."

"Bareng aja bego, kita juga nanti mau ke sana."

"Lah si anying maksa???"

"Anjing aja setia bro. Doi lebih mulia dari temen bentukan kayak lo."

"Bacot bet sikkk. Udah sono cabut!"

Ghania pun pergi untuk menemui Abyan dan ketiga temannya yang masih bermain basket usai pelajaran olahraga barusan. Sekarang sisa ia dan Kanaka yang bertahan, Yatha sudah terkapar di pinggir lapangan bersama Doren yang komat-kamit mengeluh kepanasan sambil mengarahkan handy mini fan ke seluruh sisi tubuhnya. Pemuda yang juga dijuluki speaker mushollah itu lantas berteriak begitu menyadari kehadiran Ghania di sana.

"SAUDARA ABYAN, PAWANGNYA DATENG NIH!"

Merasa terpanggil Abyan langsung berlari menghampiri sang kekasih dan memeluk Ghania walau sekujur tubuhnya kini basah karena keringat.

Ghania memekik tentu saja, pacarnya ini jorok sekali. "Basahhhh goblokkkkk."

"Peluk doang ayangg."

"Hashtag save Ghania."

Kanaka menyusul duduk di sebelah Yatha. Meski gadis-gadis di seberang lapangan terlihat sudah siap menyerbunya bak gerombolan banteng dengan mata merah menyala, namun ia sama sekali tak menaruh perhatian. Kanaka justru capek sendiri melihatnya. Untuk apa sih mereka menghabiskan waktu dengan mengintilinya ke mana pun? Artis juga bukan, seleb tik-tok apalagi.

Beneran deh, sejak awal, Kanaka dikenal hanya karena gosip yang berlalu-lalang. Terkenalnya juga effortless sekali, karena kalau dibilang bandel, tidak juga. Catatan BK-nya bahkan tidak lebih dari dua lembar selama dua tahun ia bersekolah. Hanya membolos di waktu genting, baku hantam sekali satu semester, dan terlambat sebulan dalam setahun.

Namun yang ia pahami sekarang adalah adanya kesenjangan sosial antara rakyat good-looking dengan yang biasa saja. Kanaka merasa itu tidak adil, di sekolahnya mungkin ada yang lebih brengsek dalam hal percintaan, tapi tidak membuat orang itu menjadi se-dikenal dirinya. Sedangkan ia yang tidak pernah berniat seperti itu malah dijuluki sebagai pimpinan penangkaran buaya darat.

"Ehm... Kak Gilang, ini ada minum buat kakak. Diterima yah."

Dan karena Kanaka memang haus, jadi diterima saja. "Makasih nggak nih?"

pages between usTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang