"Ya Tuhan... Falusha!"
Bundanya histeris tentu saja, melihat anak gadisnya pulang-pulang dengan kepala diperban seperti ini. Alara dan Ghania sebagai teman dan perwakilan sekolah pun lalu menjelaskan kronologi kejadian dan fakta-fakta bahwa sebelum semua terjadi, Falusha lebih dulu telah ditindas oleh orang yang kini akhirnya menjadi korban. Meski Falusha juga jadi korban.
"Ini yang kedua kalinya kamu berantem sampai bikin anak orang babak belur."
"Dia yang cari gara-gara, Bunda! Lihat nih! Kepala aku bocor karena dia!" Ujarnya merengek sewaktu sang bunda kembali mengganti perbannya.
"Bunda tahu. Tapi mungkin kondisi dia sekarang lebih parah dari kamu. Kata teman-temanmu juga, dia sampai dibawa ke rumah sakit."
Falusha mendengkus. "Aku juga luka!"
"Besok Bunda disuruh ke sekolahmu, ya?"
Si gadis mengangguk malas. Tunggu saja, habis ini ia akan mendapat ceramah panjang lebar dari ayah, dan juga saudaranya.
Lagian please deh, Falusha memang nggak selembek itu jadi perempuan. Dia bisa kok menjaga diri. Walau dengan cara yang tidak lazim, tapi setidaknya ia tak berakhir berbaring di rumah sakit seperti 'korban-korbannya'.
"Harusnya gue lebih khawatir sama orang-orang jahat di sekolah lo, ketimbang lo sendiri." Ucap Shaliaf setelah mendengar kejadian yang menimpa saudarinya ini. "Kasihan dia cuy, ketipu sama perawakan bocil tapi berjiwa preman ini."
Falusha yang sedang menikmati salad sembari menonton anime di atas tempat tidurnya pun hanya mengedikkan bahu.
"Sekali lagi bikin ulah kayaknya lo bakal beneran dipaketin ke Kanada."
"Ck, jangan gitu ah. Belum sempet jadian sama mas crush juga."
"Wah, kalau gitu lebih kasihan gebetan lo sih."
"Enggak dong! Soalnya dia udah tahu dan lihat. Malah besok gue mau dijenguk, hehehehehe."
Bahkan kembarannya sendiri pun tidak tahu jalan pikiran Falusha. Sepertinya waktu Tuhan sedang sesi bagi tabiat, Falusha dan Shaliaf iseng tukaran tempat. Falusha mah, mereknya saja perempuan, tapi kalau soal kenakalan boleh diadu dengan remaja lelaki sepantaran. Shaliaf juga sama, hanya saja dirinya lebih senang menghindari konflik dan cinta damai. Tapi kalau sudah naik tensi, dia bisa lebih brutal dari Falusha. Tidak tahu menurun dari siapa, sebab ayah mereka adalah sosok yang amat bersahaja dan tidak pernah menggunakan kekerasan pada mereka, begitu juga dengan sang bunda.
"Tumben?" Ujar Kirani yang baru memasuki kamar, kepada Kanaka yang seperti biasa sedang tidur siang di sana. Katanya sih, lebih nyaman dan terasa aman.
"Apanya?"
"Jam segini udah pulang. Ada masalah?" Soalnya kalau Kanaka sudah sampai menunggunya seperti ini, berarti anak itu punya sesuatu untuk dikatakan.
"Falusha berantem sama Helena."
"Falusha? Degem yang lo ajakin malmingan kemaren?"
Kanaka mengangguk. "Gara-gara gue."
"Demi apa?"
"Gue juga kaget. Bisa-bisanya...."
"Kayaknya lo nggak sepenting itu buat direbutin cewek." Kirani akhirnya terduduk di sisi kasur. "Ceritain."
"Lena tiba-tiba nggak seneng Lusha deket sama gue dan yang lain. Sampai kejadian hari ini dia udah dilabrak empat kali. Tapi pagi tadi, Lena udah bener-bener keterlaluan. Dia sengaja nimpa kepala Lusha pakai pot bunga dari lantai dua-"
KAMU SEDANG MEMBACA
pages between us
Fanfic[ ft. park jisung ] pages between us, written with no end. so many words we're not saying, don't wanna wait 'til it's gone. ©tuesday-eve, 2021.