Bab 24 : Betapa Besar Rasa Cinta Itu

183 21 1
                                    

"Ros, kamu kenapa, Nak?" Tanya Ibu khawatir, karena sudah dari pagi, Rosaline tampak bolak - balik ke kamar mandi, mual dan muntah - muntah.

"Gak tau, Bu, mungkin masuk angin karena kehujanan kemarin....Hooeek!" Rosaline menjawab sambil terbungkuk - bungkuk di depan washtafel kamar mandi, terengah - engah karena habis mengeluarkan muntahnya untuk ke sekian kalinya.

Tapi pada kesempatan lain, ibu menemukan Rosaline sedang duduk santai di teras rumah sambil menikmati semangkuk  mangga muda, yang mangganya jelas dipetik dari pohon mangga yang tumbuh di samping rumah mereka.

"Eh kenapa kamu petik mangganya, Ros? Kan masih muda, belum masak. Asem kan Nak?" Komentar Ibu heran melihat anaknya begitu nikmat mengunyah potongan mangga muda itu, padahal setaunya, Rosaline paling benci makanan yang bercitra rasa asam.

"Ha?" Rosaline menoleh pada Ibunya sambil nyengir. "Gak tau, Bu. Ros tiba - tiba kepengen aja makan yang asem - asem, kayaknya seger gitu,"

Ibu mengerutkan kening mendengarnya, terbersit pikiran buruk itu dibenak sang ibu. Perempuan sederhana itu memegang bahu anak gadisnya.

"Ros?" Tanyanya.

"Ya Bu?" Rosaline mengangkat alis matanya, terjengah melihat wajah Ibu memucat saat menatap dirinya.

"Jawab jujur, Nak! Kapan terakhir kamu mendapat menstruasi?"

****

Rosaline menatap nanar Rais Baswara Ayahnya yang mondar - mandir gelisah di depannya. Sedang Ibu tampak menangis sesengukan di samping Rosaline.

Ya Tuhan, sakit banget, Tuhan, kenapa semua ini harus terjadi dengan gue? Rosaline merintih. Gue..Gue hamil...Akibat perkosaan itu gue hamil....

Rosaline begitu ngeri membayangkan di dalam perutnya kini bersemayam bayinya Kakak tiri Grey, yang disebut Grey, bernama Tristan Javier, seorang pemuda bule.

Ka- kalo udah begini gimana gue sekolah? Gue...Gue pasti dikeluarin dari sekolah, Rosaline mulai menangis  Teman - teman satu sekolah pasti akan nge bully gue kalo ketahuan gue hamil...

"Mu - mungkin sebaiknya Rosaline pindah sekolah," tiba - tiba ibu memecah kesunyian. Ayah berhenti mondar - mandir dan menoleh pada Ibu.

"Pindah sekolah?" Tanya laki - laki itu sambil mengerutkan kening.

"Ya, kasihan anak kita, bagaimana masa depannya jika sampai berhenti sekolah gara - gara ini. Ja - jadi Ibu rasa mungkin Ros bisa tinggal dengan neneknya di Bandung, selama hamil dan setelah melahirkan, setelah itu biarkan dia meneruskan sekolah disana. Karena tidak bakal ada yang tau musibah ini di sana, kecuali neneknya," Ibu menjelaskan sarannya.

"Mmm...Ayah rasa itu ide bagus," Rais Baswara memandang Rosaline yang tampak terjengah mendengar percakapan Ayah - Ibunya. "Kalau begitu sebelum orang - orang tau Rosaline hamil, secepatnya, kita berangkatkan Rosaline ke rumah neneknya,"

"Tapi Ayah, kita gak bisa ngebiarin orang yang memerkosa Rosaline bebas begitu aja. Ini gak adil, Ayah," tukas Reyna Kakak Rosaline yang juga berada bersama mereka. "Kita harus menuntut keadilan, Ayah,"

"Ayah maunya juga begitu, Reyna, tapi yang kita hadapi keluarga Adinegoro," keluh Rais Baswara getir. "Mereka punya kuasa, sedangkan kita? Kamu tau Ayahmu ini cuma pegawai rendahan...,"

"Pasti ada cara, Ayah, pasti ada," Reyna berkata, gundah. "Kasihan Ros,"

Rosaline hanya terdiam mendengar semua percakapan keluarganya, tak sanggup bicara. Air mata menetes satu - satu membasahi pipi Rosaline saat Kakaknya memeluk erat dirinya.

*****

"Ro - Rosaline hamil?"

Dua kata itu berulang kali terucap oleh Grey, saat duduk bersama keluarga Rosaline di ruang tamu rumah Rosaline. Keluarga sahabatnya itu akhirnya melunak, setelah tau siapa pelaku pemerkosa Rosaline yang sebenarnya, adalah Tristan Javier bukan Grey,  dan berkenan menerima kehadiran Grey lagi di rumah mereka, mengingat mereka memang sudah dekat dengan Grey sejak dulu.

Baby Grey ( Tamat )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang