Saat sudah diperbolehkan keluar dari Rumah Sakit, Grey hanya dijemput oleh Hendry, salah satu Bodyguard dan Miss Sapphirra, caregiver - nya.
Si imut itu hanya bisa manyun melihat abdi - abdinya yang datang, bukan Papa, tadinya dia sangat berharap Papa atau setidaknya Alicia Mama tirinya, yang datang menjemputnya. Pemuda itu berusaha tersenyum, tidak menunjukkan rasa kecewanya di depan Hendry dan Miss Sapphirra. Gue kan emang si paling pintar dalam menyembunyikan perasaan, Grey meringis, mematut diri sendiri, atau lebih tepatnya, menghibur diri sendiri.
Karena jauh dalam lubuk hatinya Grey diam - diam selalu halu, Papanya, atau Mama tirinya, walau cuma satu kali saja, bisa datang menjemputnya, bukan hanya menjemput dari Rumah Sakit, tapi juga dari sekolah atau les, seperti teman - temannya yang lain. Bahkan sekarang, dia sebetulnya tak dapat menahan rasa irinya, melihat pasien yang berada di sebelah kamar rawat - inapnya pulang dengan di jemput oleh keluarga lengkap, ayah - ibu dan lima saudaranya. Sedangkan dia?
"You stupid! idiot!! Baru keluar dari Rumah Sakit, hah?!"
Justru kata - kata itu yang menyambut dirinya saat baru tiba di rumah, dan ingin bergabung di ruang makan keluarga karena saat itu bertepatan jam makan siang. Grey tadinya buru - buru hendak keluar dari Rumah Sakit dan menolak menu makan siang di Rumah Sakit, karena 'Rindu makan masakan di rumah,' begitu katanya.
Tapi di ruang makan keluarga Adinegoro yang mewah, seorang perempuan bule justru membentaknya, seolah kedatangannya sangat menjengkelkan. Perempuan itu Alicia Joanne Cartwright, Mama tirinya.
"Ma - ma, ini Grey bawakan Mama dan Kak Tristan kue dan coklat dari teman - teman Grey...," dengan gugup, Grey menyodorkan bungkusan kue dan coklat pada Alicia, mencoba menyenangkan hati perempuan itu, sembari berharap Alicia memberikan senyum untuknya, tidak membentaknya lagi. Tapi Alicia justru mencampakkan kue dan coklat yang disodorkan Grey padanya, hingga makanan manis itu berserakan di lantai.
"Don't try to persuade me!" sergah Alicia ketus
Grey hanya terpana melihat perlakuan Alicia padanya. Hatinya terasa sangat perih. Sebegitu bencikah Mama Alicia pada Grey hingga tak sudi menerima pemberian Grey? Batinnya sedih. Ya Grey tau Grey bukan anak kandung Mama Alicia, tapi tidak bisakah Mama membuka hati sedikit aja untuk Grey?
"And, Why are you still here?!!"
Perempuan bule itu seperti tidak suka melihat Grey masih mematung di dekat meja makan. Grey terjengah menatap Alicia.
"I am hungry, Mama," Grey menyahut pelan. "Boleh Grey makan bareng Kak Tristan?"
Grey melirik Tristan yang duduk menghadap meja makan, sedang menikmati makan siangnya.
Tapi Alicia justru mengerenyitkan wajah mendengar itu.
"Apa?! Kamu ingin makan bersama anakku?!" Sembur Alicia, dalam bahasa Indonesia beraksen bule yang sangat kental. "Jangan mimpi kamu!"
Grey mengerutkan keningnya, ke - kenapa? Tidak bolehkah Grey duduk di samping Kak Tristan dan ngobrol sambil makan? Se - seperti keluarga Rosaline, yang akrab di meja makan, becanda, ngobrol.
"Grey janji bakal makan dengan Table Manner yang baik, Grey juga janji gak bakalan nambah kok," Grey mencoba berseloroh, siapa tau bisa meluluhkan hati Alicia. Tapi Alicia justru menganggap Grey sedang menyindirnya.
"Apa kamu bilang?!" Tangan Alicia menyambar rambut Grey dan menariknya dengan kasar.
"Aah!" Grey mengerang kesakitan.
"Dasar anak tak tau sopan!!" Jerit perempuan itu murka.
"Gr - Grey salah ya Mama? Please forgive me, Mama," rintih Grey panik, mengira dia sudah melakukan kesalahan besar. "Ampun Mama...,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Grey ( Tamat )
Teen FictionBagi Rosaline, Grey Fernanda Adinegoro sahabat karibnya sejak kecil, adalah cinta pertamanya, cowok yang bertingkah kekanakan dan memiliki type wajah begitu cute dan manis, dengan sepasang mata hazelnya yang indah, dan senyum gigi kelincinya yang R...