Pertengkarannya dengan Danni membuat Rosaline sangat gundah. Dipandanginya Grey yang ada di depannya. Sahabatnya itu masih saja membisu, menatap hampa tanpa reaksi, seolah tak peduli dengan keributan yang ada di sekelilingnya. Rosaline menghela nafas.
"Sekarang gue harus gimana, Baby Grey? Gue jahat ya? Selalu ngerjain Kak Danni, mainin Kak Danni. Gue juga anak durhaka, iya kan? Menentang keinginan orang tua...," Rosaline bagai mengadu, walau dia tau Grey tidak akan memberi jawaban apa - apa. "Tapi gue ngelakuin semua itu karena lo, Baby Grey. Lo cinta pertama gue, gak mungkin gue dipaksain untuk mencintai Kak Danni atau siapapun,"
Raut wajah Rosaline terlihat sedih, digenggamnya kedua tangan Grey erat - erat.
"Apa gue salah mencintai lo, Baby Grey?" Tanyanya "Katakan, apa gue salah?"
Ditatapnya wajah sahabatnya, wajah itu pucat, penuh guratan - guratan lelah, sorot mata hazel itu walau terlihat hampa, tapi Rosaline merasakan ada luka yang begitu dalam terpancar dalam sorot itu, luka yang sudah merobek - robek jiwa sahabatnya. Gadis itu membelai wajah Grey dengan iba.
"Lo tau? Karena luka itu, gue ada untuk lo, Baby Grey," bisiknya. "Karena luka itu gue mencintai lo,"
"Karena luka itu juga gue ingin menjadi sayap pelindung lo, sayap yang memeluk lo sampai luka itu sembuh,"
Seorang perawat menjenguk ke dalam ruang rawat inap itu, mengingatkan Rosaline jika jam bezuk sudah habis.
"Maaf Nona, jam bezuk sudah habis," kata perawat itu.
"Oh,iya, maafkan saya," Rosaline terjengah, melirik jam yang ada dalam kamar rawat inap itu, sudah pukul 5 sore.
Gue harus pulang sekarang, batin gadis itu, begitu berat rasanya untuk meninggalkan Grey tapi waktu tak mengizinkan lagi untuknya berlama - lama di Rumah Sakit.
Dengan lesu Rosaline membereskan barang - barangnya, dan menarik tas tangan dari atas meja kecil di samping brankar tempat tidur Grey.
Praaang!!
Karena tidak hati - hati, tas itu menyenggol gelas yang ada di meja kecil.
"Ya Tuhan!" Rosaline terbelalak. Gelas itu jatuh ke lantai dan pecah berderai. Bunyinya terdengar begitu nyaring, di dalam kamar rawat - inap yang sepi itu.
"Aah!!" Tiba - tiba terdengar suara seseorang tersentak kaget.
"Baby Grey?!" Rosaline yang sedang membungkuk, hendak menyingkirkan pecahan kaca gelas yang berserakan di lantai, spontan menegakkan tubuh kembali. "Lo...Lo bicara, Baby Grey?!"
Tapi mata gadis itu segera melebar saat melihat Grey. Pemuda imut itu bagai orang sedang ketakutan, meringkuk sambil mengangkat tangannya seperti sedang melindungi diri.
"Ampun Papa, ampun Mama..Jangan lagi....Please, Papa, jangan lagi..," Rintihnya.
"Ha?" Rosaline kebingungan mendengar kata - kata Grey, sahabatnya itu seperti tiba - tiba terserang panik, tubuhnya sampai menggigil karena bergidik ketakutan.
"Baby Grey, lo kenapa? Ada apa?" Rosaline menghambur ke dekat Grey, memegang kedua lengan sahabatnya. "Lo kaget dengar bunyi gelas pecah ya?"
"Ampun Papa ampun..," Grey hanya terus merintih.
"Baby Grey, Gue Rosaline, bukan Papa atau Mama tiri lo," mendesir perasaan Rosaline mendengar rintihan itu. Dilihatnya napasnya sahabatnya memburu cepat, mata hazelnya melebar, ketakutan.
Karena iba, Rosaline memeluk Grey, mengusap - usap punggung pemuda itu, berusaha menenangkan. Dan gadis itu merasakan betapa gemetarnya tubuh sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Grey ( Tamat )
Dla nastolatkówBagi Rosaline, Grey Fernanda Adinegoro sahabat karibnya sejak kecil, adalah cinta pertamanya, cowok yang bertingkah kekanakan dan memiliki type wajah begitu cute dan manis, dengan sepasang mata hazelnya yang indah, dan senyum gigi kelincinya yang R...