Jam pelajaran pertama sudah lewat 25 menit, Rosaline begitu surprise akhirnya melihat Grey akhirnya kembali masuk sekolah.
Pemuda imut itu masuk kelas sambil berjalan terbungkuk - bungkuk, Rosaline mengira Grey hanya bercanda masuk kelas dengan gaya seperti itu. Rosaline tidak tau Grey berjalan seperti itu karena punggungnya yang masih sakit akibat dicambuk Papanya.
"Good morning, Mam," sapa Grey pada Bu Devi yang sedang mengajar di depan kelas. Senyum gigi kelincinya yang lucu, merekah dibibir.
"Jam berapa ini, Grey?" Tegur Bu Devi sambil melirik jam tangannya.
"Ehm, anu..Maap...Telat bangun Bu," sahut Grey sembarangan, mengusap hidungnya, salting.
"Ya sudah, lain kali usahakan datang tepat waktu ya Grey?" Kata Bu Devi mengalah.
"Siaap Bu," sahut Grey, sambil terbungkuk - bungkuk menuju tempat duduknya, di belakang tempat duduk Rosaline.
"Baby Grey kenapa lo? Kok jalannya gitu?" Desis Rosaline bertanya.
"Encok," sahut Grey kalem, membuat Sheila yang duduk disebelah Rosaline tersembur tawanya.
"Plis deh lo, emangnya seorang Grey Fernanda Adinegoro bisa juga encok?" tawa Sheila. "Ketauan banget deh boongnya,"
Grey cuma meringis mendengarnya.
"Itu kening lo kenapa lagi?" Tanya Rosaline cerewet, menyibak poni Grey, menampakkan memar yang menghiasi kening sahabatnya.
"Kejedot kursi," sahut Grey jujur, walau tidak menjelaskan panjang lebar, kenapa sampai 'kejedot' kursi. Sudah pasti Rosaline akan risau jika Grey menjelaskan dia 'kejedot' karena ulah Tristan
"Ehm Grey?" Terdengar Bu Devi berkata dari depan kelas. "Bisa kumpul kertas ulanganmu? Cuma kamu yang belum kumpul,"
"Ha?" Grey langsung terdiam mendengar itu, karena dia tau betul kertas ulangannya sudah dirobek Papa. Bagaimana dia bisa mengumpulkan?
"Bagaimana Grey?" Bu Devi masih menagih. Grey gelisah dikursinya, tak tau harus menjawab apa. Rosaline melihat kegelisahan sahabatnya.
"Baby Grey kenapa? Papa lo mau tanda tangan kertas ulangan lo kan?" Tanya Rosaline
"Aman, you have no worry," sahut si imut itu, jelas berdusta, tapi dia tak ingin Rosaline kepo bertanya - tanya tentang masalahnya.
"Grey?" Terdengar suara Bu Devi.
"Ehm, anu, Bu, kertas ulangannya ketinggalan dalam saku seragam trus kecuci...," dusta Grey akhirnya menjawab Bu Devi.
Tawa teman - teman satu kelas langsung membahana mendengar jawaban Grey, tapi Bu Devi mengerutkan kening menatap Grey.
"Kecuci?" Tanya ibu guru itu tak percaya.
"Iya Bu. Hehehe," Grey cengengesan pasrah.
*****
Grey sangat serius menghadapi lomba karya ilmiah, entah kenapa Rosaline sedikit khawatir, bukannya tidak mendukung tapi karena kondisi mental sahabatnya. Dia tau mood Grey sangat labil.
"Lo yakin mo ikut Lomba Karya Ilmiah?" Tanya gadis itu saat duduk di pojok kelas bersama Grey, menemani pemuda bermata hazel itu menyalin catatan Kimia miliknya. Grey mengangguk.
"Yakin," sahut Grey mantap.
"Lo kan gak boleh stress atau kelewat capek...," Rosaline masih meragukan.
"Stress? Capek?" Grey tertawa getir. "Itu yang gue hadapin setiap hari kalo di rumah. Capek hati,"
Rosaline menghela napas mendengarnya, tau Grey berkata seperti itu, pasti karena keadaan keluarganya yang toxic. Rosaline masih bergidik rasanya, mengingat betapa banyaknya bekas luka di tubuh Grey, yang dilihatnya saat menemani Grey di Rumah Sakit tempo hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Grey ( Tamat )
Teen FictionBagi Rosaline, Grey Fernanda Adinegoro sahabat karibnya sejak kecil, adalah cinta pertamanya, cowok yang bertingkah kekanakan dan memiliki type wajah begitu cute dan manis, dengan sepasang mata hazelnya yang indah, dan senyum gigi kelincinya yang R...