Bab 22 : Perjuangan Baby Grey

222 31 1
                                    

Para pelayan dan pekerja yang ada di rumah besar Adinegoro, hanya bisa bergidik dan saling berpandangan, mendengar teriakan - teriakan kesakitan dan memohon Grey yang sedang dihukum cambuk oleh Harry Adinegoro dalam kamar. Tapi para abdi itu tak berdaya untuk menolong, karena salah - salah mereka pula yang menjadi sasaran.

"Ampun Papa, ampun....Percaya Grey, Papa....Bukan Grey yang ngelakuin....Aaakh!" Terdengar lagi teriakan yang membuat miris semua orang.

"Dasar anak tak berguna!! Bodoh!! Selalu bikin masalah! Bikin malu!" Teriakan Harry Adinegoro silih berganti dengan teriakan kesakitan Grey, belum lagi bunyi lecutan cambuk yang mengerikan itu.

Para abdi begitu iba dengan Tuan Muda mereka, Grey. Tuan Muda yang selalu ramah pada mereka, tidak segan berbagi, imut menggemaskan. Semua sayang dengan Grey. Kadang mereka tak mengerti tabiat Tuan dan Nyonya besar mereka yang selalu menganiaya dan mengucilkan Grey, hanya karena Grey berbeda.

"Mana Tuan Besar?" Tiba - tiba salah satu Bodyguard tergesa menerobos masuk, mencari Harry Adinegoro.

"Ada apa, Pak Zayyan?" Tanya salah satu pelayan senior pada Bodyguard yang tergesa masuk itu.

"Gawat, ada yang ngamuk - ngamuk di depan! Ingin ketemu Tuan Besar," terang Zayyan dengan nada khawatir.

"Tuan di kamar.....," Pelayan senior itu menunjuk kamar Grey.

"Apa?!!" Suara Harry Adinegoro, Papa Grey, begitu menggelegar, saat mendengar laporan Zayyan yang menemuinya.

Harry Adinegoro meninggalkan Grey masih terikat di tiang tempat tidur Victorian Classic - nya, dengan tubuh penuh luka bekas lecutan cambuknya. Laki - laki itu dengan gusar menuju teras depan rumahnya, untuk melihat siapa yang sudah mengamuk mencari dirinya.

"Ah ini dia Pak Harry kita yang terhormat!" Suara sindiran itu langsung menyambut telinga Konglomerat itu begitu tiba di teras.

"Pak Rais? Anda rupanya," Harry mengenali orang yang sudah membuat keributan di depan rumahnya. Rais Baswara, Ayah Rosaline, tetangganya dulu.

"Iya saya, Rais. Bagus juga ingatan anda, masih bisa mengenali saya setelah 4 tahun anda di Amerika. Saya datang karena ingin menuntut pertanggungjawaban anda. Anak anda Grey, sudah memerkosa Rosaline, anak saya," serang Rais Baswara langsung.

"Itu hanya musibah,"  jawab Harry Adinegoro, nada bicaranya terdengar seperti meremehkan.

"Hanya musibah kata anda?!" Hampir saja konglomerat itu terkena pukulan Rais Baswara jika tidak dihalangi para bodyguard . "Hanya musibah?! Anak saya kehilangan masa depannya gara - gara perbuatan bejat anak anda! Bahkan anak saya juga sudah dipaksa mengakui perbuatan yang tidak pernah dia lakukan! Dan anda bilang, HANYA MUSIBAH?! Kurang ajar!!  Ini benar - benar gila!"

"Lalu?" Harry Adinegoro hanya mengangkat alis melihat kemarahan Rais Baswara.

"Lalu??! Saya tau anda sudah membungkam pengadilan dan polisi, tapi saya tidak akan menyerah! Saya tetap menuntut pertanggungjawaban dari keluarga anda!!" Teriak Rais Baswara murka.

"Well, pertanggungjawaban apa? Dengan menikahkan?  Oh maaf, keluarga saya tidak bisa menikahkan anak dengan sembarangan orang, apalagi dengan yang tidak selevel...," tukas Harry dengan nada datar, membuat tubuh Rais Baswara bergetar karena sangat tersinggung.

Tapi Harry Adinegoro, dengan gaya santai,   mengangkat tangannya memberi isyarat pada Asisten Pribadi yang sedari tadi mengikuti Konglomerat itu dari belakang. Asisten itu mengangguk dan buru - buru masuk ke dalam rumah, sejurus kemudian Asisten itu keluar lagi sambil membawa buku Cek  dan sebuah ballpoint Mount Blanc yang segera diserahkannya pada Harry Adinegoro.

Baby Grey ( Tamat )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang