III

1K 127 3
                                    

Ketika keluar dari kelas dan berjalan tanpa arah, Carolina menemukan Luna sedang berjalan. Dengan cepat Carolina menghampirinya dengan senyum yang mengembang.

"Luna! Luna! Ingin kemana? Boleh aku ikut?" seru Carolina bertanya.

"Oh! Carolina, kupikir siapa. Aku ingin ke hutan terlarang, kau boleh ikut jika kau mau," jawabnya.

"Itu lebih baik dari pada bertemu dengan Pansy untuk saat ini," kata Carolina.

Luna terkekeh kecil, "Baiklah, ayo".

Carolina mengeryitkan dahinya ketika melihat Luna tidak memakai alas kaki.

"Kakimu. Apakah tidak dingin?"

"Sedikit," jawab Luna.
"Sayangnya semua sepatuku hilang secara misterius, aku yakin Nargle dibalik semua ini," lanjutnya.

"Mau meminjam sepatuku? Ukuran kaki kita sama," kata Carolina menawarkan.

"Tidak, terima kasih. Aku tidak ingin sepatumu menjadi incaran Nargle seperti milikku," jawab Luna menolak.

"Ah, baiklah—," ucap Carolina terpotong ketika melihat hewan menyeramkan yang akan Luna hampiri.
"Bukannya mereka yang menarik kereta? Kupikir hanya aku yang bisa melihatnya, karna Pansy dan Daphne tidak bisa," ucap Carolina pelan.

Luna perlahan maju untuk mengelus hewan itu. Dan Carolina mundur perlahan. Tiba-tiba Luna berbicara.

"Halo. Harry Potter," ucapnya.

Mendengar hal itu Carolina menoleh kebelakang dengan cepat lalu melihat keberadaan Harry yang dengan perlahan berjalan maju kearah Luna.

Harry yang menatap Luna pun mengalihkan pandangannya ke arah Carolina dan mengeryitkan dahinya ketika melihat dasi hijau melingkar di leher gadis bersurai hitam di hadapannya.

"Pyxis. Apa yang dilakukan seorang Slytherin disini?" ucap Harry hati-hati.

"Dia temanku. Carolina tidak seperti Slytherin kebanyakan," jawab Luna.

"Um, hai aku Carolina. Carolina Pyxis," ucap Carolina kepada Harry.

"Harry. Harry Potter," jawab Harry yang mendapat anggukan dari Carolina.

"Aku mengenalmu. Siapa yang tidak mengenalmu disini?" ucap Carolina santai yang disambut oleh senyuman hangat Harry.

Seperti teringat sesuatu, Harry menoleh ke arah hewan itu dan bertanya, "Apa itu?" kata Harry.

"Mereka disebut Thestral. Mereka cukup lembut, tapi orang-orang menghindari mereka sebab mereka sedikit..." jawab Luna terpotong.

"Berbeda," ucap Harry melengkapi, "Tapi mengapa yang lain tak dapat melihat mereka?" tanya Harry.

"Mereka hanya bisa dilihat oleh orang-orang yang telah melihat kematian," jawab Luna sembari berjalan, diikuti oleh Carolina dan Harry.

"Jadi kau pernah melihat seseorang meninggal?" tanya Carolina kepada Luna yang mendapat anggukan darinya.

"Ibuku," ucapnya.
"Dia penyihir yang cukup handal, tapi lebih suka bereksperimen dan suatu hari, satu dari mantranya gagal. Aku masih berumur 9 tahun," lanjutnya.

"Aku turut bersedih," ucap Harry.
"Bagaimana denganmu Pyxis?" lanjut Harry.

Carolina sedikit tersentak ketika namanya disebut. Ia mengendalikan ekspresi wajahnya dan berbicara, "Carolina saja," ucap Carolina yang mendapat anggukan dari Harry, "Maaf, aku tidak mau membahasnya," ucap Carolina tegas.

Harry mengangguk lalu meminta maaf, "Maaf aku tidak bermaksud untuk lancang," ucapnya.

Luna yang mengerti dengan situasi itupun angkat bicara.

sweet dreams || draco malfoy x ocTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang