👋🏼-

2.7K 227 11
                                    

"Aku berhenti main basket saja."

Ucapan Lucas yang tiba-tiba membuat satu rumah melongo dibuatnya. Haechan berhenti mengunyah makanannya tidak percaya.

"Kenapa??" tanya Haechan.

Lucas mengangkat kedua bahunya. "Hanya ingin berhenti."

Mark meletakkan sendoknya tidak percaya. "Menjadi pemain basket, itu impian hyung dari kecil bukan??" tanyanya.

Lucas mengangguk sambil mengunyah makanannya. "Apa karena kidal?" pertanyaan Mark membuat Lucas berhenti mengunyah.

Semua kegiatan di ruang makan juga terhenti karena pertanyaan Mark yang terdengar frontal. Lucas mengangguk menjawab Mark. "Hanya karena itu? Bukannya banyak pemain basket yang kidal? Kenapa tiba-tiba berhenti?"

Lucas lagi-lagi mengangkat bahunya. Tidak tau harus menjawab bagaimana lagi. "Hyung," panggil Mark pasrah.

Sehun dan Jongin sibuk saling pandang. Mereka juga masih tidak mengerti perubahan Lucas sekarang. Baru kemarin sulungnya bersikeras ingin ikut pertandingan basket. Tapi kenapa sekarang, tiba-tiba tidak ingin bermain basket?

"Itu keputusanku," ucap Lucas santai. Memasukkan suapan terakhirnya.

"Aku tidak sengaja bertemu seseorang kemarin. Dia bilang, aku tidak perlu khawatir akan keputusanku karena ada banyak orang yang pasti mendukung setiap keputusanku." Lucas dengan santainya bercerita. Padahal kedua adiknya sedang menatapnya kesal sekarang.

"Itu keren. Tapi Hyung terdengar seperti putus asa saat bilang berhenti bermain basket." Komentar Haechan.

"Yak, itu sebuah keputusan. Bukan putus asa." Ucap Lucas membela dirinya sendiri.

Haechan menambah kadar kesal pada wajahnya. Alis yang menyatu kesal, bibir yang menciut sebal dan hidung yang kembang kempis menahan marahnya.

"Apa?" tanya Lucas menantang Haechan.

"Eomma! Apa Eomma tidak bisa membela aku dan Mark hyung? Dad? Kenapa hanya diam?" panggil Haechan berharap Jongin dan Sehun membela pendapatnya.

Alih-alih ikut membelanya dan Mark, Sehun mengusap-usap rambut Haechan gemas. "Hyungmu, membuat keputusan itu karena dia percaya kita tetap akan mendukungnya bagaimanapun Haechan, kenapa tidak memahami ceritanya tadi, hm??" Sehun mencubit pipi Haechan dari belakang.

Haechan terdiam sebentar. Terlihat berpikir, padahal diam karena kesal tidak ada yang membelanya.

Haechan tiba-tiba bangun dari duduknya. Menghampiri Lucas yang duduk berhadapan dengannya di meja makan. "Huaaa Hyung!! Maaf karena tidak mendukung keputusan hyung," tiba-tiba menangis sambil memeluk Lucas yang selesai minum.

Lucas tersenyum membalas pelukan Haechan. Menepuk-nepuk Haechan agar tidak menangis terlalu keras.

"Aku belum kenyang, jadi tidak mengerti hyung dengan baik." Sesalnya.

Mark di samping Lucas hanya menonton canggung keduanya. Jongin bertatapan dengan Mark. Membuat isyarat untuk Mark agar ikut bergabung dengan saudara-saudaranya. Ck, anak tengahnya terlalu banyak gengsi persis Sehun.

Mark masih dengan wajah kesal ikut berpelukan dengan Lucas dan Haechan. "Hyung pasti sudah memikirkan keputusan hyung daripada aku. Maaf karena tidak bisa mengerti." Ucap Mark ikut menyesal.

"Aku tidak menyangka bisa sebahagia ini hidup denganmu." Ucap Jongin sambil memperhatikan anak-anaknya yang berpelukan erat persis teletubbies.

"Punya anak-anak yang saling perhatian satu sama lain, saling mendukung walaupun sering ribut karena hal kecil. Apa waktu tidak bisa berhenti sekarang? Aku sangat menikmati ini."

Let's be Happier, (끝)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang