13 - Ultimate

143 25 1
                                    

Day 30 (Bagian 1)

Pagi ini bangku Edric nampak kosong. Nella yang tepat berada di belakang kursi itu sesekali menatap kosong. Gadis itu sedikit mengkhawatirkan Edric mengingat darah kental yang mengalir deras dari telinga Edric.

Cheryl yang menangkap ekspresi Nella jadi mengusap pelan pundak gadis itu.

"Edric bakal baik-baik aja Nel." suara Cheryl mengejutkan Nella dan membuatnya jadi mengubah ekspresi.

"Apaan Ce, gue gak lagi mikirin tu anak disabi, amit-amit deh." Balas Nella yang kini sudah bergidik geli. Cheryl yang melihat respon Nella hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.

Bel berbunyi menandakan jam masuk. Tak lama setelah itu, munculah Jun yang memasuki kelas diikuti Yanto di belakangnya. Suasana kelas yang sebelumnya penuh dengan bisikan jadi terdiam melihat kepala sekolah yang ada di kelas mereka.

"Selamat pagi, maaf saya meminta sedikit waktu kalian." sapa Jun yang mulai membuka suara. Seisi kelas hanya membalas sapaan Jun dengan tertib diikuti tanda tanya besar di kepala mereka.

"Saya disini karena ada keluhan dari salah satu orang tua siswa yang mengatakan adanya kemungkinan kasus pembullyan di kelas ini." lanjut Jun yang sontak membuat Nella jadi menegang.

"Beberapa kali alat dengar Edric hilang dan mereka meminta kompensasi pada pelaku, apa diantara kalian ada yang ingin mengaku?" jelas Jun yang mengakhiri ucapannya dengan pertanyaan.

Tubuh Nella mulai gemetar, ia berharap cemas semoga tidak ada yang melaporkannya ataupun menangkap aksinya saat mengganggu Edric. Satu tangan terangkat membuatnya jadi perhatian seisi kelas. Jun yang melihat itu hanya tersenyum.

"Cheryl, apa ada yang ingin kamu sampaikan?" tanya Jun yang melihat putri bungsunya kini bangkit dari kursinya. Nella yang melihat itu jadi membelalakan matanya, dan berharap gadis itu akan membantunya saat ini.

Nella tersenyum tertahan sambil diam-diam berterimakasih pada Cheryl. Semoga masalah serupa tidak akan menimpanya di lain hari. Senyum Nella perlahan pudar begitu mendengar kalimat yang keluar dari mulut Cheryl.

"Orang yang selama ini mengganggu Edric dan juga membuang alat bantu dengarnya adalah Ornella." hati Nella mencelos begitu saja mendengar apa yang diucapkan Cheryl. Badannya bergetar hebat dengan peluh keringat yang tampak sudah membanjiri wajah gadis itu.

"Bella, Cheryl, Ica dan Lisa juga ikut mengganggu Edric pak." ucap Nella yang tidak terima hanya dirinya yang dilaporkan.

"Maksudnya apa Nel? Aku gak pernah ganggu Edric malahan aku suruh kamu berhenti kan." balas Cheryl dengan nada yang begitu menyudutkan Nella saat ini, bahkan mata gadis itu sudah berkaca-kaca karena ucapan yang dilayangkan Nella untuknya.

"Bella, Lisa kalian gak lupa kan ikut andil juga." seru Nella yang menatap kedua temannya secara bergantian. Raut cemas dan panik tergambar jelas di wajah gadis itu sekarang.

"Aku gak pernah nyentuh Edric sedikitpun Nel, aku diam karena takut kamu bakal ganggu aku juga." jelas Bella yang setengah terisak ditambah air muka yang menunjukkan gadis itu takut pada Nella.

"Nel kamu tega, setelah ngebuang aku, kamu nyeret aku buat ikut dalam masalah yang kamu buat sendiri." ucap Lisa yang sudah menangis di tempatnya dengan Ica yang berusaha menenangkan Lisa.

Tangan Nella terkepal mendengar jawaban teman-temannya, bahkan mereka sudah tidak pantas untuk Nella sebut sebagai teman. Dengan tatapan sayu dan penuh harap, Nella menatap Ica yang menatapnya dengan ekspresi wajah bersimpati.

"Ica." panggil Nella dengan suara lemahnya, menahan dirinya agar tidak ambruk. Kedua lututnya sudah terasa lemas sekarang.

"Maaf Nel, selama ini aku diam dan minta kamu buat berhenti ganggu Edric, dan kayaknya hubungan kita sekarang ga sedeket itu lagi." balas Ica yang semakin menyudutkan Nella.

Seolah mendapat tamparan keras, Nella hanya terdiam. Menatap teman sekelasnya yang lain saja tidak mampu apalagi ingin menatap Jun dan Yanto yang berada di depan. Gadis itu hanya menunduk, ia bahkan tidak dapat mengeluarkan penyangkalan.

"Kalian tidak usah saling menyalahkan, saya sudah mengetahui pelakunya melalui rekaman cctv dan juga Alvaro." suara Jun terdengar setelah tidak ada lagi yang angkat bicara. Nella dibuat semakin terkejut karena ucapan Jun, gadis itu membelalakan matanya.

Di sisi lain, Cheryl diam-diam tersenyum bangga dengan rencana yang sudah disusunnya. Ia seperti bangga dengan drama yang berhasil dibuatnya.

"Tujuan saya bertanya adalah melihat kejujuran kalian dan Ornella tolong ke ruangan saya." tegas Jun yang kemudian beranjak pergi.

Nella yang mendengar intruksi Jun jadi semakin menegang. Gadis itu tetap dengan kebiasaannya, yaitu memainkan kuku ketika sedang cemas. Seluruh tatapan tertuju padanya, bukan seperti tatapan biasanya. Ia mendapat tatapan tajam yang menghujamnya, seakan tubuhnya akan terbelah dengan tatapan sebanyak itu.

Gadis itu menenangkan dirinya dengan menarik dan menghela nafas yang panjang. Ia bangkit dari duduknya dan beranjak pergi menyusul Jun di ruang kepala sekolah. Selepas kepergian Nella, nampak Bella, Cheryl, Lisa dan Ica yang diam-diam bertos ria.

- - - -

Di depan ruang kepala sekolah, terlihat Nella yang baru saja keluar dari ruangan Jun. Tatapan gadis itu kosong, langkahnya tak tentu arah. Ia mengingat bagaimana kelima temannya (dulu) secara terang-terangan menyerangnya bersamaan. Lututnya melemas, tepat di anak tangga kelima ia jatuh terduduk.

Bahunya terlihat gemetar, ia menyembunyikan wajahnya yang sudah dibanjiri air mata. Bahunya sudah naik turun dengan nafas yang terisak. Satu tepukan dibahunya membuat Nella terdiam, namun tak kunjung menaikkan wajahnya dari lipatan tangan.

"Lo gak papa?" suara itu terdengar familiar di telinganya, ia mendongak dan melihat Leo tepat berada di sebelahnya. Dengan cepat ia membersihkan air matanya dan bangkit, kemudian pergi dengan langkah setengah berlari. Leo yang melihat itu hanya memasang wajah heran dan melanjutkan langkahnya.

Nella berlari ke toilet terdekat dari kelasnya, ia berniat membasuh wajahnya. Ia melihat kondisi wajahnya di cermin, wajah dan hidung yang memerah, tak lupa dengan cairan yang keluar, mata sembab dan rambutnya yang berantakan.

Tepat setelah Nella usai membasuh wajahnya, nampak Cheryl dan Lisa yang baru saja masuk. Nella yang melihat itu dengan sigap menarik lengan Cheryl dan memojokkannya. Suara punggung Cheryl yang menghantam tembok terdengar keras, sehingga membuat Cheryl meringis kesakitan.

"Gue kira lo temen, ternyata gada bedanya sama Ica, pengkhianat lo semua." ucap Nella yang menaikan suaranya satu oktaf, tangannya masih mencengkram kedua lengan Cheryl.

"Lo yang terlalu naif Nel, sadar sama kondisi lo yang sama sekali ga setara sama kita." balas Cheryl yang semakin membuat Nella mendidih.

"Setelah apa yang selama ini udah gue lakuin ke kalian, dan ngebuang gitu aja setelah gue hancur." suara Nella yang disertai isakan terdengar keras, air mata gadis itu sudah meleleh sedari tadi. Tangan Nella sudah terangkat seperti ingin menampar Cheryl, namun terhenti karena Lisa yang baru angkat suara.

"Liat deh Nel, kira-kira apa yang bakal terjadi kalo lo tetep nampar Cece." Nella melihat ponsel Lisa dengan blitz yang menyala tengah menyorotnya. Ia menatap Cheryl dan ponsel itu secara bergantian. Dengan kasar ia melepas cengkraman di lengan Cheryl dan menurunkan sebelah tangannya.

Nella kembali membasuh tangan dan wajahnya. Saat ingin beranjak, ia dikejutkan dengan kaki yang menjenggalnya dan berakhir dengan wajahnya yang mendarat lebih dulu. Suara tawa menggelegar begitu saja dari Cheryl dan Bella yang mendahuluinya keluar dari toilet.

Gadis itu bangkit dan sekali lagi tangannya terkepal, nafasnya memburu dengan wajah memerah. Selepas membasuh, ia menatap pantulannya di cermin. Tidak ada seorang pun yang bisa dipercayai gadis itu disini sekarang. Semua hanya permainan drama hebat yang telah disusun dengan rapi oleh teman-temannya.

Bersambung

Senin, 28 Desember 2020


Cindy & Nisin Manis

30 Days✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang