Day 1
Seorang gadis berkulit putih dengan rambut hitam terurai terlihat berjalan memasuki SMP Argani. Seolah berada dibawah spotlight, gadis itu menarik atensi sekitarnya. Bagaimana tidak, gadis remaja belia yang masih berumur 14 tahun itu sudah memiliki visual yang luar biasa. Wajah yang mendekati sempurna, proporsi tubuh yang ideal, gadis itu bahkan diberi julukan dewi. Banyak yang menyebutnya primadona SMP Argani, bahkan tak jarang ia mendapatkan hadiah atau pengakuan cinta entah adik kelas, kakak kelas, maupun seangkatan.
"Nella!" suara itu membuatnya mencari sumber suara dan menampakkan gadis lain dengan rambut kuncir kuda.
Ornella Angeline kerap disapa dengan nama Nella. Seorang gadis yang disebut primadona ini tidak hanya cantik tapi juga diberkahi dengan otak yang encer atau bisa kita sebut pintar. Beberapa kali mewakili sekolah untuk berbagai perlombaan dan punya banyak talenta.
"Icaa!" balas Nella dan mulai berjalan mendekati temannya Ica. Lengkapnya Leonitha Chalistha, teman Nella sejak masuk di SMP ini.
Tanpa sadar seorang gadis dengan tumpukan buku ditangannya menabrak Nella dan membuatnya menjatuhkan buku-buku tersebut. Sontak gadis itu segera mengumpulkan buku yang sudah tercecer di lantai. Nella yang juga sama terkejutnya ikut berjongkok didepan gadis yang baru saja menabraknya dan mengambil satu buku yang berada di dekatnya.
"Eh sorry gue gak sengaja, lo gak papa?" ucap Nella sambil memperhatikan pin yang terkait di seragam gadis itu.
"Saya gak papa kak, terima ...." ucapan gadis itu terhenti saat Nella tak kunjung memberi buku yang ada di tangannya.
"Ohh anak VII-8." Nella menatap remeh gadis dihadapannya. Pasalnya kelas tersebut adalah kelas yang berisi anak nakal dan bisa dibilang kurang pintar. Sebut saja gadis VII-8, ia hanya mampu menelan salivanya, seperti merasa hari ini keberuntungan tidak berpihak padanya.
"Saya boleh minta bukunya kak?" tanya gadis VII-8 dengan hati-hati melihat Nella yang masih mempertahankan wajah tenangnya, hal itu malah membuat gadis itu bergidik ngeri.
"Ini ya? boleh," Nella awalnya mengacungkan buku ke arah gadis itu, namun bukannya memberi kan buku tersebut, Nella malah menjatuhkan di selokan yang tak jauh berada di tempatnya berdiri.
"Ups, sorry tadi ada angin, tangan gue terlalu ringan." dengan wajah pura-pura bersalah Nella membalas tatapan terkejut gadis itu. Ia berlalu pergi begitu saja menyusul Ica yang hanya berdiri asyik menonton drama yang baru dibuatnya.
Dibalik segala kesempurnaan dan julukan primadona, itulah sifat buruk yang melekat pada diri Nella. Melakukan bullying seolah makanan sehari-hari bagi Nella. Tidak ada yang tahu motif gadis itu melakukannya. Jika ditanya alasan, ia hanya menjawab "Cuma pengen aja,". Hanya karena berteman dengan anak kepala sekolah, dapat membuatnya lolos dari panggilan ataupun hukuman karena tindakannya itu.
"Gila lo Nel, masih pagi woi." ucap Ica sambil beberapa kali menoleh melihat gadis yang menjadi korban bully pertama Nella hari ini.
"Mood gue lagi kurang bagus Ca, dia malah ketemu gue." balas Nella dengan enteng, seolah yang dilakukan hanyalah hal kecil yang normal.
"Tugas udah kelar?" Tanya Ica memulai basa-basinya, seolah dapat membaca arah pembicaraan temannya, Nella membalas cepat menunjuk tasnya dengan dagu.
"Jangan di miripin jawabannya!" Ica yang mendengar balasan Nella berjengit senang sambil melakukan posisi hormat.
"Siap bos!" keduanya terkekeh dan berjalan beriringan menuju kelas.
VIII-1, tulisan yang terpampang di papan kelas Nella. Di SMP ini terbagi 8 kelas, dimana kelas 1 adalah kelas yang berisi anak-anak pintar sedangkan kelas 8 seperti yang sudah disebut sebelumnya. Sama seperti kelas unggulan pada umumnya, keadaan kelas terlihat kondusif dan tenang. Beberapa siswa berkutat dengan buku ataupun mengobrol ringan dengan yang lain. Suasana kelas berubah ketika seorang gadis berkacamata bulat memasuki kelas dengan suaranya yang khas.
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Days✔
Teen Fiction[WWC 2020 Winner] ..... Menceritakan seorang gadis primadona yang dipertemukan dengan pemuda difabel. Kehidupan gadis itu berubah setelah kepindahan pemuda tersebut. Penyesalan dan rasa bersalah terus menghantui. Akankah keduanya bertemu kembali ? C...