08 - Fectly

158 27 0
                                    


Day 24

Sudah selang beberapa hari, Nella merasa hubungannya dan Leo semakin berjarak. Entah sejak kapan keduanya jadi saling jauh, Nella juga tidak tahu. Gadis itu terus menunggu balasan pesan dari Leo yang bisa dibilang, butuh beberapa jam agar pemuda itu meresponnya.

Ia jadi memikirkan kata-kata orang, semuanya hanya manis di awal. Awalnya terasa manis, dan dibuang setelah pahit. Berpapasan pun Leo seperti tidak mengenalnya, ingin bertemu bahkan keduanya tidak memiliki komunikasi yang baik. Sebenarnya kenapa dan sejak kapan, pikirnya. Tidak hanya itu, bahkan Nella tidak dapat menemukan Leo di halte ataupun bus yang biasa mereka tumpangi.

Padahal sebelumnya, gadis itu selalu tersenyum karena membayangkan perlakuan Leo padanya. Ia kadang jadi merutuki kebodohannya sendiri, bagaimana bisa tersenyum seperti orang gila hanya karena seorang pemuda. Nella tidak ingin memiliki pikiran buruk, ia hanya ingin mengganggap bahwa Leo sedang sibuk untuk ujian. Leo bukanlah laki-laki brengsek yang akan menghilang tiba-tiba, itulah kalimat yang terus dirapalkan Nella saat pikiran buruk menghantuinya.

"Nella, lo mikirin apa? Serius banget mukanya." tegur Ica sambil menepuk pundak Nella. Nella yang sebelumnya tercenung dengan wajah fokusnya jadi sedikit terperanjat.

"Eh Ca, gue kaget." Nella kini mengelus dada karena terkejut dengan tepukan Ica di pundaknya.

"Lo lagi ada masalah apa?" tanya Ica yang dapat membaca tepat pikiran gadis dihadapannya.

"Ica, Kak Leo kayaknya ngejauhin gue." balas Nella yang memulai sesi curhatnya sambil meletakkan kepalanya di bahu Ica. Ica yang mendengar hal itu, membelalakan matanya dan dengan cepat menetralkan ekspresinya.

"Ngejauhin gimana?" Ica menaikan sebelah alisnya sambil mengelus lembut kepala Nella yang bersandar di pundaknya.

"Masa dia gak bales-bales pesan gue, yang kalo ketemu juga malah kayak orang gak kenal." lanjut Nella yang mulai seperti anak kecil sedang merengek.

"Kak Leo jahat gak sih Ca?" tanya Nella yang menarik kepalanya dari pundak Ica dan menatap wajah Ica dengan wajah sedih. Ica yang mendapat tatapan langsung dari Nella jadi berdeham pelan dan meletakkan kembali kepala Nella di pundaknya.

"Mungkin emang dia lagi sibuk Nel, kan udah tahun terakhir." Balas Ica yang terus mengontrol emosi dan suaranya.

"Lagian lo udah ada nanya gimana kepastian kalian?" tanya Ica yang dibalas Nella dengan gelengan lemah.

"Gue bakal bantu lo deh biar bisa ketemu sama Kak Leo." ucap Ica yang langsung dibalas antusias oleh Nella.

"Beneran Ca??? Makasihh lo tuh sahabat terbaik yang gue punya." timpal Nella yang hampir berjengit senang, kemudian memeluk erat Ica.

Tidak ada yang tahu, Ica sedari tadi menahan emosinya agar tetap tertata rapi. Tidak mungkin ia membiarkan Nella mengetahui kalau dia diam-diam sudah mengkhianatinya dengan mendekati Leo.

Ica bahkan juga tidak tahu persis, sejak kapan ia memiliki perasan pada Leo. Jika diingat, Ica sejak duduk di bangku kelas 1 SMP sudah menyukai Leo yang bisa diartikan hanya sekedar suka. Dan sejak Leo dekat dengan Nella, timbul perasaan bahwa Leo kini bisa digapai olehnya. Awalnya ia menepis perasaannya dan meyakinkan dirinya, ia hanyalah salah satu dari banyak fans Leo. Tetapi melihat Leo yang dekat dengan temannya sendiri, malah jadi membutakannya.

Di sisi lain, Edric yang samar mendengar percakapan keduanya jadi menaruh simpati pada Nella. Tangannya sudah terkepal sejak tadi, dan fakta Nella tidak menyukainya membuat ia meregangkan kepalannya dan jadi tak peduli.

- - - -

Seperti hari-hari biasanya, Nella akan berpura-pura mengobrol dengannya dan mencabut alat dengar miliknya, kemudian yang ia bisa tebak Nella akan membuang alat bantu dengarnya. Entah sudah berapa banyak yang dibuang oleh Nella. Edric bahkan tidak menghitungnya, selama ini jika ditanya Edric akan menjawab ia lupa menaruh ataupun hilang.

30 Days✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang