14 - Salvo

153 24 3
                                    

Day 30 (Bagian 2)

Entah mengapa, hari ini terasa sangat panjang bagi Nella. Banyak hal yang mengejutkannya. Setelah ia kembali dari toilet, hanya tatapan jijik yang didapatkannya. Bahkan tasnya sudah berada di pojok belakang kelas, kursinya sudah diisi oleh Ica sedangkan Bella duduk bersama Lisa.

Saat gadis itu membuka loker yang ia dapatkan adalah sekumpulan sampah. Ia hanya bisa menahan geramnya karena tau siapa pelaku yang melakukan ini semua. Sepulang sekolah yang harusnya terasa damai, Cheryl dan Lisa tampak menghadang jalannya tentu saja di tempat yang sepi dan tidak dijangkau oleh cctv.

"Ce dulu apa yang sering dilakuin Nella ke Edric?" Lisa memulai rencananya dengan Cheryl, dengan santai Cheryl mengambil tas Nella.

"Ambil tasnya, dibuka, jatuhin buku-bukunya, terakhir injek." balas Cheryl yang juga sambil memperagakan. Nella hanya terdiam melihat isi tasnya sudah di penuhi tanah, ia jadi mengingat bagaimana ia melakukan ini pada Edric dulu.

"Good bye Nella, sampai ketemu minggu depan." ucap Lisa dengan nada yang menyindir dan terkekeh pelan.

"Enjoy your holiday Nella, we will miss you." lanjut Cheryl yang ikut tertawa bersama Lisa. Keduanya pergi bergabung dengan Bella dan Ica yang hanya menonton.

Nella mengepalkan tangannya, teringat skors seminggu yang diberikan karena mengganggu Edric. Gadis itu bersyukur, bukan beasiswanya yang dicabut. Ia menghela nafas beratnya dan berjalan menuju halte. Bahkan ia tak siap menatap wajah Mamanya di rumah, pasti pihak sekolah sudah memberitahu masalahnya ini.

- - - - -

Sebuah rumah beton sederhana berada tepat di hadapan Nella. Ia menghentikan langkahnya, seolah ragu ingin masuk ke dalam rumahnya sendiri. Dengan menarik nafas panjang, gadis itu melangkah masuk dan siap dengan apapun yang akan dihadapinya.

"Nella pulang." salam Nella yang langsung memunculkan wajah Iris dari arah dapur.

"Nella, Mama sudah mendapat telpon dari sekolahmu." Suara Iris menghentikan langkah Nella yang baru saja ingin pergi ke kamarnya. Nella membeku di tempatnya, bahkan untuk berbalik saja tidak berani.

"Apa itu benar ornella? Kamu mengganggu dan menghilangkan semua alat bantu dengar teman sekelasmu?" tanya Iris dengan suara tegasnya. Nella yang mendengar suara Iris jadi menunduk dan perlahan terisak.

"Jawab Mama, Ornella." ulang Iris yang terlihat sudah marah padanya lengkap dengan kedua tangan berkacak pinggang. Sedangkan Nella hanya terdiam dan menitikkan air matanya.

"Ornella Angeline." suara Iris terdengar tegas, Nella yang mendengar Iris memanggil nama lengkapnya hanya mampu terduduk lemah.

"Maafin Nella Mah." ucap Nella yang masih diselingi dengan isakan. Iris yang mendengar itu jadi menghembuskan nafas kasar.

"Maaf Mah, Nella benci karena mirip dia." Iris yang mendengar alasan Nella jadi teringat dengan mendiang suaminya. Dia yang dimaksud Nella adalah suaminya, Zefir.

Zefir dulunya adalah orang yang tidak memiliki kekurangan apapun. Pria itu pintar, pekerja keras dan banyak menarik perhatian kaum hawa karena ketampanannya. Tapi, insiden itu terjadi tepat setelah 10 tahun pernikahannya. Zefir kecelakaan mengakibatakn dirinya memiliki gangguan pendengaran dan tidak bisa berbicara dengan baik.

Dua tahun kemudian, Zefir yang depresi tidak dapat bekerja seperti sebelumnya dan divonis tidak dapat sembuh memutuskan untuk bunuh diri. Meninggalkan Iris dan Nella yang saat itu masih duduk di sekolah dasar. Kehidupan keduanya berubah sejak kepergian Zefir dan membuat Iris menjadi satu-satunya tulang punggung di keluarganya.

30 Days✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang