02 - Sickener

367 39 12
                                    

Day 2

"Seperti biasa kalian harus mencatat apa yang saya terangkan dan dikumpul pada akhir pembelajaran!"

Suara itu memenuhi ruang kelas Nella, berasal dari seorang pria paruh baya yang memiliki kebiasaan membawa tongkat rotan. Pak Zulkifli namanya, guru pendidikan kewarganegaraan yang sudah lama mengajar di SMP Argani.

Satu tangan terangkat tepat setelah instruksi Pak Zulkifli selesai.

"Maaf pak, teman kami ada yang tidak dapat mendengar dengan jelas." interupsi Alvaro ketua kelas VIII-1 dengan sigap.

"Ornella Angeline, bantu temanmu!" perintah Pak Zulkifli yang hanya dapat diikuti Nella begitu saja tanpa penolakan.

Menjadi murid kesayangan guru-guru membuat gadis itu kerap kali diberi tugas untuk membantu temannya yang lain.

Mungkin hanya keempat temannya yang tahu, bahwa gadis itu mengomel dalam batinnya. Bagaimana tidak, padahal baru beberapa jam yang lalu ia secara sengaja membuka resleting tas Edric dan membuat isi tasnya berjatuhan.

Yang gadis itu pikirkan adalah reputasinya di depan guru-guru haruslah sebagai murid teladan yang pintar, rajin dan baik. Karena itu, tidak mungkin ia salah-salah membantu Edric untuk merangkum apa yang diucapkan Pak Zulkifli, sama saja dengan bunuh diri namanya jika ia berani melakukannya saat ini.

Jarum jam terus berputar mengiringi kekesalan gadis itu hingga jam istirahat tiba.

Kring... Kring....

"Gila sih Nel." ucapan itu berasal dari Ica yang melihat Nella, ekspresi kesal tercetak jelas di wajah gadis itu.

"Ya kali Ca seorang Ornella nolak perintah guru." balas Cheryl yang ikut berkumpul di bangku Ica dan Nella.

"Kalian juga tau posisi gue gimana." ucap Nella menanggapi teman-temannya. Tatapannya lurus ke depan, melihat banyaknya anak kelas yang masih mengakrabkan diri dengan Edric.

"Kantin?" suara itu berasal dari Bella yang sejak tadi menggerutu kelaparan. Tanpa berbasa-basi keempatnya langsung beranjak pergi.

Di sisi lain, Edric menatap punggung Nella yang perlahan hilang dari pandangannya. Pemuda itu tersenyum kecil dan kembali berbincang dengan teman-temannya melalui perantara buku.

"Nella." suara itu menginterupsi Nella dan teman-temannya yang sedang asyik menyantap makanan

Terlihat seorang pemuda berjalan ke arah mereka. Nella dan teman-temannya hanya memberi tatapan acuh.

"Nel, buat lo." ucap pemuda itu sesaat setelah memberikan barang. Pemuda itu kemudian berlalu pergi dengan wajah yang memerah malu.

"Udah yang keberapa Lis?" Cheryl menyenggol lengan Lisa, karena gadis itu suka mengingat siapa-siapa saja yang sudah memberi barang pada Nella.

"Pagi tadi dua, loker lima, kantin tiga, genap sepuluh." beo Lisa yang seperti sudah terprogram.

"Gue makanan." ucap Ica menyela pembicaraan mereka.

"gue juga." ucap Lisa.

"Pita, jepit rambut." lanjut Cheryl menyusul.

"Bel?" tanya Nella pada Bella, karena tinggal dia yang belum menyebutkan barang yang diinginkan.

"Terserah aja Nel." balas Bella seadanya. Beginilah keseharian mereka, barang-barang yang didapat Nella akan mereka bagi rata berlima, tentu saja dari awal itu adalah keinginan Nella sendiri.

- - - -

"Nella lo piket hari ini kan?" suara itu berasal dari Alvaro yang berjalan mendekat ke bangku Nella.

30 Days✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang