10 - Discordance

151 28 7
                                    

Day 26

Mata sembab, hidung merah, tak lupa dengan cairan di hidungnya. Itulah kondisi Nella pagi ini setelah bangun tidur. Gadis itu menangis semalaman karena cinta pertamanya yang gagal. Ia terus merapalkan mantra, cinta pertama memang tidak selalu berhasil. Ditambah dengan pengkhianatan orang yang sangat dipercayainya, tentu menimbulkan luka tersendiri bagi dirinya.

Akan terlalu naif, jika mengira hidupnya akan mulus dan lancar tanpa hambatan bak jalan tol. Selepas bangun tidur, hal pertama yang ia ucapkan adalah gadis itu tidak akan menangis hanya karena dua orang yang pernah menjadi suatu yang berharga bagi dirinya, tidak akan pernah lagi.

Mungkin hari ini, penampilan Nella yang mengenakan masker dan kacamata hitam tidak akan mendapat teguran para guru. Hal ini karena, sekolah akan mengadakan lomba di akhir pekan yang membuat seluruh siswa mempersiapkan kelasnya. Yang mana tidak ada jam pelajaran yang berlangsung.

Saat datang ke kelas, hal pertama yang menarik perhatiannya adalah Edric yang sedang berkutat dengan buku di tempatnya. Karena terlintas ide jahil, gadis itu dengan cepat melepas alat bantu dengar Edric dan membuangnya seperti sebelum-sebelumnya. Edric yang terkejut sontak memegang sebelah telinganya dan berlari keluar.

"Nella, mau sampe kapan hilangin alat Edric, lo harusnya tau itu penting buat dia." tegur Alvaro yang melihat kelakuan Nella barusan.

"Mungkin hari ini, hari esok atau nanti." balas Nella yang malah bernyanyi.

"Malah nyanyi ni orang, lo abis ketemu Kak Leo makin gak jelas gini." sahut Cheryl yang tiba-tiba meletakkan punggung tangan tepat di kening Nella. Nella yang mendengar nama Leo disebut langsung merubah air wajahnya.

"Kacamata item, masker udah kek idol aja Nel." komentar Lisa saat Nella duduk dibangkunya.

"Nella kan idol SMP Argani." canda Bella yang mengundang tawa garing.

"Bentar deh, jangan bilang ..." Cheryl menggantungkan kalimatnya dan langsung membuka kacamata dan masker Nella, yang langsung di tutup oleh gadis itu. "... Oh My, lo abis diapain Nel."

Suara Cheryl meninggi membuat Lisa dan Bella jadi ikut penasaran. Nella yang mendapat tatapan meminta penjelasan dari ketiga temannya hanya mendengus kasar. Karena tidak mendapat jawaban apapun dari Nella, ketiganya tidak putus asa dan mengharap kedatangan Ica.

"Eh Ica!" seru Lisa yang membuat Nella langsung bangkit dari duduknya dan dengan cepat menghampiri Ica.

"Maksud lo apaan?" bentak Nella yang mendorong satu bahu Ica dengan kasar. Cheryl, Lisa dan Bella yang melihat keanehan itu tidak tinggal diam dan menarik keduanya keluar kelas, sebelum kembali menjadi bahan tontonan.

"Lo kenapa deh Nel, tiba-tiba banget kayak gini." ucap Lisa yang saat ini mengamankan Ica dari jangkauan Nella.

"Tanyain aja ke temen lo itu." balas Nella yang menekan kata temen. Ketiganya sudah menduga, ada hal yang terjadi kemarin.

Saat kelimanya sudah jauh dari keramaian, barulah mereka melepaskan keduanya. Nella langsung mencengkram kedua bahu Ica yang tentu saja berhasil membuat gadis itu meringis. Cheryl dan Lisa kembali menarik keduanya menjauh, sedangkan Bella berada diantara keduanya.

"Kalian kenapa, tolong jelasin sesuatu kita gak bakal tau apa yang udah terjadi sama kalian." ucap Bella yang kali ini tidak menyimpang. Lisa ingin bertepuk tangan karena pada akhirnya temannya bisa berbicara hal yang normal, dan tentu diurungkan karena suasana yang tidak memungkinkan.

"Nel." panggil Bella, tapi gadis itu hanya mendengus dan membuang muka.

"Ca." Bella kembali memanggil temannya. Ica langsung menutup wajah dengan tangan dan terjongkok.

"Maaf, ini semua kesalahan gue." suara Ica mulai bergetar karena menangis. Lisa yang sebelumnya menahan Ica jadi menenangkannya.

"Kalo aja gue gak deketin Kak Leo, kita gak bakal kayak gini." ucap Ica dengan terisak dan bahu yang bergetar. Nella yang mendengar hal itu semakin acuh dan membuang wajahnya.

"Lo tau bakal kayak gini, tapi gak ada sedikit kepedulian, egois." kesal Nella yang sudah membuka kacamata dan maskernya, amarah gadis itu terlihat sudah berada di ubun-ubun. Cheryl yang menyadari hal itu dengan cepat berusaha menenangkan amarah Nella.

"Kepercayaan itu kayak kaca, kuat tapi mudah pecah, dan dengan satu kesalahan, lo udah pecahin kepercayaan gue yang sebegitu besarnya." tegas Nella yang sudah bisa mengontrol emosinya. Ica tetap dalam posisinya, menangis meringkuk dengan wajah tertutup.

"Abis dari sini, gue gabakal nganggep kita pernah sahabatan." ucap Ica yang terlihat sudah memiliki keputusan tersendiri. Mendengar hal itu, isak tangis Ica semakin kencang.

"Ada lagi hal ga penting yang mau lo sampaiin?" tanya Nella acuh yang semakin membuat deras tangisan Ica. Setelah beberapa menit menunggu, Nella kembali buka suara dengan tersenyum. "Gak ada? Gue kira lo bakal kasih alasan buat baikin hubungan kita, I'm go.".

Cheryl, Lisa dan Bella yang mulai mengerti jadi melempar pandangan masing-masing. Seperti memberi kode, Cheryl dan Bella beranjak mengikut Nella dan Lisa yang masih bersama Ica menenangkan gadis itu.

- - - -

Karena adanya rapat kelas, Nella, Cheryl dan Bella sudah berada di kelas. Namun,ada yang berbeda setelah Lisa dan Ica masuk. Nella memindahkan tas Cheryl tepat disebelahnya, membuat Ica yang ingin duduk jadi mengurungkan niatnya. Kejadian di halaman belakang sekolah membuatnya teringat, ia dan Nella bukan sahabat lagi. Tentu saja Nella tidak ingin sebangku dengan dirinya yang sudah mengecewakan gadis itu.

"Lo duduk bareng gue aja ya Ca." ucap Lisa yang dapat membaca situasi keduanya, Ica hanya mengangguk lemah mendengar ucapan Lisa.

"Tolong duduk semua, karena besok lomba gue mau ngebagi orang dalam tiap lomba." tegas Alvaro yang sudah berada di depan kelas, semua hanya bisa patuh menurut.

"Dimulai dari lomba berpasangan, karena taun lalu Nella Ica menang buat lomba ini gue minta kesediaan kalian berdua buat ikut di tahun ini." ucap Alvaro yang meminta persetujuan kedua gadis itu. Kelas mendadak hening karena keributan mereka tadi pagi. Ica hanya terdiam mendengar hal itu, menunggu untuk Nella buka suara.

"Gue bersedia buat ikut asal gak bareng dia." suara Nella terdengar menusuk di telinga Ica. Suasana kelas mendadak berisik karena bisikan-bisikan, yang tak lain karena membicarakan hubungan Nella dan Ica yang memburuk.

Alvaro yang paham hanya menghela nafas dan menuruti kemauan gadis itu.

"Cheryl lo mau main bareng Nella?" tanya Alvaro yang mendapat persetujuan langsung dari Cheryl.

"Gue harap kalian bisa nyelesaiin masalah yang terjadi." ucap Alvaro yang mengharap Nella dan Ica mendengarkannya.

Hari ini berjalan begitu saja. Kedua sahabat memutus ikatan hanya karena masalah hati. Membuat hubungan lain yang sebelumnya baik-baik saja ikut meretak. Cheryl dan Bella yang di sisi Nella, dan Lisa yang tetap berada di samping Ica. Padahal sehari sebelumnya, mereka masih bersama.

Sepertinya memang benar dengan banyaknya cerita, film dan novel tentang kisah persahabatan yang hancur karena cinta. Ditambah dengan usia remaja yang membuat mereka labil dalam hal apapun. Cinta itu mengerikan, tidak hanya merusak otak, perilaku dan pikiran, tapi juga dapat menjerumuskanmu.


Bersambung

Tokoh di lapak ini free untuk dihujat :))

Minggu, 20 Desember 2020


Cindy & Nisin Manis

30 Days✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang