"🗡️ || 15. Penghianat bodoh!"

1.5K 117 16
                                    

Tinggalkan vote dan komentar pada part ini <3

°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°

Kematian adalah bayaran yang sesuai untuk seorang penghianat, tapi terbunuh secara perlahan lebih terasa dari pada langsung menemui ajal.

°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°

Setelah mengantarkan Jion pulang, Wanda segera kembali ke rumah yang ditempatinya dan juga kedua sahabatnya. Kaki jenjang Wanda melangkah memasuki rumah dengan nuansa mewah nan elegan itu.

Dilihatnya kedua sahabatnya yang sedang berkutat di dapur, tapi yang pasti mereka bukan sedang memasak. Coba tebak apa yang mereka lakukan?

Wanda berjalan santai menghampiri mereka, dia mendudukkan dirinya di kursi dekat bar mini. Wanda melirik malas ke mereka, kemudian ia mengambil sebotol air mineral kemasan yang terletak tak jauh dari dirinya.

Wanda membuka tutup botolnya dan meneguk beberapa kali air itu. Terasa sensasi dingin dari air itu mengalir di tenggorokan Wanda yang kering.

Seren yang menyadari keberadaan Wanda pun akhirnya memutuskan untuk menyapa, jangan heran kalau Seren ini periang. "Halo Wan! Urusan lo dah beres? Gue harap udah! Lihat ini, gue sama Elen sedang meracik sesuatu." Seren memperlihatkan cairan hitam di wadah bening itu ke Wanda.

"Sesuatu yang sangat menggugah selera bukan?" Seren tertawa pelan, senyumnya terlihat sangat manis sekarang. Tapi itu bukan senyum biasa kawan, itu senyum mematikan.

Hanya orang-orang tertentu yang dapat melihat kepalsuan dari senyuman mereka bertiga.

"Hmm ya, terserah apa kata lo." balas Wanda tak minat. Seren yang mendengar balasan itu pun langsung mengerucutkan bibirnya, sepertinya ia kesal haha.

"Sungguh! Wanda telah melukai hati Seren yang lembut ini. Rasanya sakit, seperti ada batu besar yang menimpanya." Seren mulai mengeluarkan kata-kata dramatisnya.

Wanda menghela nafas jengah, ia sudah cukup lelah dengan hari ini. Rasanya ia ingin mengistirahatkan tubuhnya beberapa jam agar kembali fresh.

"Berhenti mendrama, atau gue bakal buat kalian menelan cairan ini." ucap Elen serius tanpa melihat ke arah Wanda dan Seren. Kedua tangan Elen tetap bekerja meracik cairan itu agar sempurna.

"Lo mau kita berdua lumpuh ha?! Sebelum gue yang nelen, lo duluan yang harus jadi kambing percobaan." Seren mengatakan itu sambil menatap sinis Elen.

"Cukup! Kalian menambah beban gue tau ga. Oh ya, kalian meracik ini atas perintah siapa? Gue rasa klien kali ini cukup kaya, sampai kalian mau menerima perintahnya." tebak Wanda dengan ekspresi meremehkan, karena ia tau betul sifat kedua sahabatnya ini yang tidak akan menerima perintah seseorang bila mereka tidak di bayar tinggi.

"Tentu. Bayarannya cukup membuat gue dan Elen mendekor ulang istana kecil kita ini. Kita bisa memesan sofa dengan ukiran emas, ranjang tidur ukiran emas, hiasan dinding berlian, brankas-brankas kuat yang baru, dan masih banyak lagi. Jangan lupakan shopping untuk sebulan! Ahaha." Seren tertawa senang, rupanya ia sudah tidak sabar dengan segala rencana-rencananya untuk apa katanya tadi? Istana kecil kita? Ada-ada saja.

The Nerd Boy Is Mine!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang