Don't forget to ⭐ and 💬
Happy reading 🌷°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°
"Kebohongan pertama akan selalu menimbulkan kebohongan selanjutnya."
°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°
Jion mengerjabkan matanya, sinar matahari telah memenuhi kamar apartemen Wanda. Jam berapa ini? Sepertinya Jion tak sadar dalam waktu yang lama.
Jion bangun dari tidur panjangnya sembari memijat pelan kepalanya yang terasa ingin pecah. Dirinya kapok mencicipi minuman haram itu, jika tau rasa sakitnya seperti ini Jion akan menolak sekuat yang ia bisa.
Dipandanginya keseluruhan kamar, rupanya ia di apartemen Wanda. Tapi dimana Wanda sekarang? Kenapa sunyi sekali.
Jion bangkit dari ranjang lalu berjalan menuju pantry, disana ia melihat Wanda sedang sibuk dengan alat-alat dan bahan membuat kue sepertinya?
Wanda menyadari kehadiran Jion, tapi ia tetap diam dan sibuk dengan kegiatannya sendiri. Wanda masih cukup marah dengan Jion, anak itu semakin tidak terkendali.
Jion dengan takut-takut mendekati Wanda "J-jion minta maaf, Wa-wanda maafin Jion hikss." Jion tak bisa menahan kesedihannya karena Wanda benar-benar tidak menganggapnya ada sedari tadi.
Wanda masih mengabaikan, ia terlihat tampak fokus dengan adonan krim kue. Tak mendapat tanggapan dari Wanda membuat Jion tambah menjadi, dia duduk di lantai menekuk lututnya dan menenggelamkan kepalanya di antara lutut.
Jion menahan isakan yang ingin keluar, ia takut jika Wanda bertambah marah. Lebih-lebih jika Wanda mengusirnya dan tak ingin lagi melihat wajahnya.
Wanda melirik kebawah, tempat Jion mendudukkan dirinya. Punggung luas itu tampak sedikit bergetar. Jika Wanda bayangkan beberapa kali pun pemandangan ini tetap terlihat lucu. Badan yang terlihat lelaki sekali, malah meraung seperti anak kecil.
Decakan kecil keluar dari mulut Wanda, ia berjalan pelan mendekati Jion. Tangan Wanda terulur mengelus rambut Jion dengan lembut, entah kenapa Wanda tidak bisa marah seperti mengabaikan dan tidak memperdulikan Jion.
"Bangun atau lo mau gue lebih marah dari ini?" tanya Wanda yang dengan cepat di respon oleh Jion.
Jion berdiri dan langsung mengusap kasar air matanya, ia tidak mau terlalu terlihat cengeng di depan Wanda.
"Peringatan terakhir dari gue, jangan di ulangi lagi. Kalo lo mau coba hal baru bisa sama gue, dan kalo gue lagi ga sama lo maka jadilah anak yang penurut. Ngerti?" Wanda menatap datar Jion dan dibalas anggukan polos dari Jion.
"Ok sekarang bantu gue buat kue, gue mau nyogok mama mertua karena sering bawa kabur anaknya." seketika pipi Jion memerah, apa tadi? Wanda bilang mama mertua? Hehe.
Wanda mencolek sedikit krim kue dengan jari manisnya, kemudian mengarahkan jarinya ke mulut Jion.
Jion reflek menjulurkan lidahnya menjilat krim manis itu dari jari Wanda, entah kenapa adegan itu terus berputar di otak Wanda.
Setelah sadar Wanda mencecap jari manisnya sendiri, entah perasaannya atau bukan ia rasa krimnya terasa lebih manis.
Jion yang melihat itu pun menutup mulutnya, ia sedikit syok. Apakah Wanda tidak merasa jijik, padahal itu bekasnya.
Entah apa yang merasuki Jion, ia membalikan badan Wanda memegang pinggang ramping Wanda lalu mengangkatnya untuk duduk di atas pantry.
"Arghh." kaget Wanda yang reflek memegang pundak Jion dengan erat.
Mereka berdua saling menatap, Wanda membiarkan saja fantasi Jion terlaksana. Tatapan polos dan ingin tahu Jion membuatnya penasaran dengan tindakan Jion selanjutnya.
"Can i get your lips?" tanya Jion, tatapan Jion tidak bisa teralihkan dari bibir cantik Wanda.
"Hmm." hanya deheman singkat dari Wanda pertanda izin sudah diberikan.
Jion memiringkan kepalanya dan mengecup bibir Wanda. Tanpa pergerakan dan itu membuat Wanda sangat menyukai pria polos ini.
Jion sedikit kaget saat badannya tiba-tiba tertarik kedepan karena Wanda menarik lehernya senduktif.
Wanda melepas kecupan itu lalu mengarahkan kepalanya untuk bersandar di pundak Jion.
"Tertarik melakukan yang lebih nakal?" bisik Wanda.
Saat Jion bingung ingin menjawab apa, ia tersentak kaget dan bangun dari tidurnya karena mukanya seperti tersiram air.
Jion mengusap wajahnya kasar lalu menatap Wanda yang sedang menatapnya datar dengan secangkir air yang isinya baru saja mendarat di wajahnya.
Apa ini sedari tadi Jion mimpi?! Jadi elusan itu? Kecupan itu? Tawaran terakhir itu? Semuanya hanya mimpi!
Dan yang paling gawat adalah Jion belum mendapatkan maaf dari Wanda, tolong katakan caranya pada Jion sekarang."Udah puas tidurnya? Butuh alkohol lagi ga?? Kalo mau abisin tuh di kulkas." sarkas Wanda yang menatap datar Jion.
Jion kali ini pasrah, ia tau dirinya salah. Hangover dan lebih parahnya ketahuan oleh Wanda. Habis sudah riwayatnya.
"Kenapa diam? Senang bermain-main bersama pelacur? Dari mana sifat nakal lo muncul? Atau emang lo ga sepolos yang gue lihat?" ujar Wanda yang memang hanya tau jika Jion tiba-tiba ada di club dan sedang bersama wanita penghibur dalam satu ruangan.
"Ga gitu Wanda, Jion kesana nemenin temen doang. Serius ga bohong." tatapan meyakinkan dari Jion tidak membuat Wanda goyah.
"Lo pikir gue bodoh? Siapin diri lo buat malem ini, gue bakal hukum lo dengan permainan yang menarik. Setuju sayang?" Wanda tersenyum culas menatap Jion yang sedikit bergetar.
"Pe-permainan apa?" tanya Jion polos.
Wanda menatap Jion dengan senyuman yang penuh arti lalu berkata "Permainan reka adegan."
Jion sudah mampu membayangkan apa yang akan Wanda lakukan nanti, yang jelas itu tidak akan menguntungkannya sedikitpun.
°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°
Kira-kira mereka bakal ngapain?
Ada yang udah bisa membayangkan??–RIUSGURL–
KAMU SEDANG MEMBACA
The Nerd Boy Is Mine!
Teen FictionTentang perempuan cantik berjiwa psycopat yang bekerja sebagai pesuruh gelap, ditemani dengan dua sahabatnya. Kehidupannya yang tadinya datar saja, kini mulai sedikit berubah. Sebab, pertemuannya dengan laki-laki nerd secara tidak sengaja. Iya! Si n...