"🗡️ || 22. Buat masalah baru"

135 9 2
                                    

Tinggalkan vote dan komentar pada part ini <3

°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°

Selagi masih bersama, manfaatkanlah semua waktu yang ada. Kita tidak tau kapan kebersamaan ini akan terhenti.

°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°

Bulan kini sudah berganti waktu dengan munculnya matahari. Disibaknya tirai jendela milik kamar Wanda oleh gadis yang sudah rapi dengan atribut sekolahnya.

Rupanya sang pemilik kamar sangat peka terhadap hal-hal disekelilingnya. Dalam keadaan masih memejamkan mata, ia bergumam "Gue ga berangkat hari ini." si gadis yang berusaha membangunkan Wanda itu menyerngitkan alisnya tanda bingung.

"Maksud lo? Mau bolos lo ya?!" ucap gadis itu yang tak lain adalah Seren.

Wanda memijat pelipisnya pelan, ia agak merasa pusing setiap terbangun dari tidurnya. Apalagi ditambah teriakan membahana milik Seren, lengkap sudah sakit kepalanya pagi hari ini.

"Ada yang harus gue urus, lo sama Elen sekolah aja." jawab Wanda dengan nada santai.

"Sok sibuk banget si? Yaudah ntar gue urus dah per-izinan lo." ucap Seren yang sudah tau kalau Wanda memiliki urusan penting jika sudah sampai tidak sekolah.

"Hmm, thanks." ujar Wanda berterimakasih, dan dibalas anggukan pelan oleh Seren walau Wanda tidak bisa melihatnya.

Bunyi pintu yang ditutup menyadarkan Wanda dari pejaman matanya. Perlahan mata cantik itu terbuka, retinanya menyesuaikan cahaya pagi yang lumayan menyilaukan pandangan.

"Saatnya memulai misi Wanda." gumam Wanda sambil menatap langit-langit plafon kamarnya.

Lain halnya dengan Jion, pasti pagi-pagi sekali dia sudah berada di sekolah. Bibir tebalnya bersenandung kecil sambil melewati koridor-koridor menuju kelasnya.

Tak jarang juga dia berpapasan dengan beberapa guru, dan saling bertegur sapa. Kalian sudah tau kan kalau Jion tidak memiliki teman? Ya memang semuanya teman, tapi pastinya butuh teman dekat kan? Sayangnya ia tidak punya.

Jion tak sadar jika ada kaki yang sengaja ingin membuatnya tersandung. Naasnya ia benar-benar terjatuh dan berakhir di tertawakan oleh orang-orang yang mengerjainya itu.

"Hahahahah, heh cupu! Jalan lihat-lihat dong, mata udah empat juga. Masih kurang? Hahaha." tanya siswa laki-laki yang mengerjai Jion.

"Apa butuh gue donasiin mata gue buat lo? Hahahaha" ucap siswa lain dari gang pembully itu.

Jion yang posisinya masih terjatuh di lantai hanya berani menunduk takut, ia membenarkan kacamatanya dengan tangan gemetar.

"Jawab cupu! Ah elah udah cupu, bisu juga lo? Jan maruk lah, semua kecacatan lo embat." ujar siswa itu yang terus mencerca Jion.

Mata Jion bergerak tak tentu arah, ia hanya berharap kalau Wanda tidak melihat dirinya sedang dibully saat ini. Jion tidak mau melihat ada nyawa lagi yang hilang dari raga, dan itu karena dirinya. Yang sialnya terlalu pengecut sebagai seorang laki-laki.

The Nerd Boy Is Mine!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang