Tinggalkan vote dan komentar pada part ini <3
°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°
Marah bukan berarti tak perduli, tapi marah adalah salah satu bentuk pedulinya seseorang.
°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°
Sekarang hari Senin, saat ini Jion sudah berada di kelasnya untuk menuntut ilmu. Biasa Jion itu berada di kelas unggulan, dimana anak-anak satu kelas rata-rata pintar.Saingan Jion pun tak sedikit, tapi berkat otak cerdas dan kesungguhannya dalam belajar dia selalu mendapat peringkat umum pertama di seangkatannya dan peringkat pertama di kelasnya.
Kepandaian-nya membuat dia banyak dikenal guru tapi tak banyak dikenal siswa-siswi lain. Siapa yang mau berteman tulus dengannya? Hah tidak ada! Palingan kalo ada yang deketin Jion cuma buat malak jawaban tugas atau uang.
Jion itu sering dipandang rendah oleh orang-orang yang tak menyukainya. Hey sadarlah! Tampilan memang penting, tapi lebih penting isi didalamnya. Ingat itu baik-baik!
Teman sekelas Jion ini lebih banyak melakukan tindakan dari pada banyak bicara. Mereka terkesan cuek satu sama lain, sepertinya mereka hanya fokus pada satu titik yaitu kesuksesan.
Mereka saling tidak menyukai jika ada yang lebih unggul dari nilai mereka. Tidak perduli dia siapa, intinya mereka harus jadi yang pertama.
Bayangkan saja jika kalian berada di kelas itu, yakinlah kalian akan mati kebosanan dengan suasana kelas yang sunyi dan hanya akan berbicara jika ada perlu.
Entah bagaimana Jion bisa bertahan di kelas seperti itu. Kini Jion sedang mendengarkan penjelasan dari guru matematikanya. Dia tidak bisa sepenuhnya konsen di mata pelajaran kali ini, karena dia terus teringat masalahnya dengan Wanda.
Tiba-tiba guru matematika itu menegur Jion. "Yojion! Apa kamu sedang ada masalah? Saya dari tadi memperhatikan kamu seperti kurang bersemangat pagi ini." nada bicara guru itu tak terlihat marah, tapi tegas.
"Eh, hmm tidak ada, maaf." jawab Jion sembari tersenyum kikuk, guru itu hanya mengangguk.
Guru itu melanjutkan materi dan menulis lima soal di papan tulis.
"Ada yang bisa menjawab semuanya?" tanya guru itu, dengan secepat kilat semua murid kelas itu mengangkat tangan.
Guru itu sudah biasa melihat pemandangan indah ini, dimana semua murid berlomba-lomba untuk bersaing.
"Wah saya merasa bangga pada kalian! Jion! Maju kedepan, karena kamu yang lebih dulu mengangkat tangan." ucap guru itu, sontak semua murid menurunkan tangan dan langsung menatap tajam ke arah Jion.
Jion yang ditatap teman satu kelasnya, menjadi ngeri. Dia menelan air liurnya dengan susah payah.
Tatapan mereka semua pada Jion seolah mengatakan 'dasar perebut!' oh ayolah! Jion tidak memaksa guru itu memilihnya.
"Jion kemari dan kerjakan!" seru guru itu menyuruh Jion. Jion dengan pasrah berjalan ke arah depan dengan pandangan menunduk. Mata sinis teman sekelasnya memang benar seram adanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Nerd Boy Is Mine!
Teen FictionTentang perempuan cantik berjiwa psycopat yang bekerja sebagai pesuruh gelap, ditemani dengan dua sahabatnya. Kehidupannya yang tadinya datar saja, kini mulai sedikit berubah. Sebab, pertemuannya dengan laki-laki nerd secara tidak sengaja. Iya! Si n...