H+28,33

3.9K 521 27
                                    





"Na, kamu mau denger ceritaku?"

Jevano ambil posisi paling nyaman buat mereka, soalnya dia tahu cerita dia bakal panjang. Badan mereka setengah tiduran dengan lengan Jevano yang dijadiin bantal buat Jemima nyandar. Sebelum mulai cerita Jevano ambil napas dalam-dalam.

"Aku anak sulung dari dua bersaudara, adek cowokku si Jiro aku udah pernah cerita tentang dia kan? Kami berdua hidup cuma bertiga sama bunda, dibesarkan tanpa ayah. Ayah ninggalin kita waktu kita berdua masih kecil. Dia pergi ninggalin bunda dan anaknya demi orang lain. Jadi selama ini aku cuma punya bunda dan Jiro. Itu kenapa aku agak tertutup masalah keluarga ke kamu karena aku takut, kamu punya keluarga yang lengkap dan utuh sedangkan aku cuma anak dari produk gagal pernikahan orang tuaku."

Jemima sempat mengernyit karena nggak setuju sama kalimat terakhir Jevano, tapi dia nggak berniat buat motong. 

"Sebenarnya aku malu juga sama kepengecutanku, aku yang dari awal kekeuh banget dengetin kamu padahal sebenarnya aku punya trauma tersendiri sama yang namanya ditinggalin. Aku sering ngeliat bunda malem-malem nangis sambil liatin foto ayah. Padahal ayah udah jahat sama bunda, aku takut waktu liat kenyataan kalau cinta bisa bikin kita sesakit itu. Aku takut ketika nantinya kamu bisa bosen sama aku dan akhirnya ninggalin aku. Aku takut perasaan kamu akan berubah dan kamu memilih pergi. Karena satu yang aku tahu, kalau kamu beneran milih buat pergi aku ga bakal baik-baik aja."

"Maaf ya, butuh agak lama aku akhirnya bisa buka diri ke kamu." Sambung Jevano lagi. Jemima masih memproses semua cerita Jevano tadi. Jemima memang memilih untuk mendengar agar ia tahu bagaimana sudut pandang dari sisi Jevano sendiri karena ya memang cowok itu jarang ngungkapin perasaan dan masalah dia selama mereka deket.

Jemima meluk pinggang Jevano pake kedua tangannya, "Masih ada lagi yang mau kamu sampein ke aku?"

Jevano menggelengkan kepalanya, "Kayanya cukup."

"Sebelumnya, aku mau terima kasih sama kamu karena kamu udah mau cerita kaya gini ke aku." Jemima milih buat bangkit dari posisi tidrunya dan duduk menghadap Jevano, kedua tangannya bergerak buat melingkupi tangan cowok itu.

"Kamu, Jevano Biantara hidup sebagai Jevano Biantara. Kamu ya kamu, terlepas dari masa lalu orang tua kamu bukan berarti karena kamu anaknya ya terus masa depan kamu kaya mereka. Kamu berbeda dari mereka, tapi memang itu semua balik lagi ke kamu. Bahagia itu kamu yang milih sendiri. Semua orang berhak buat bahagia, Jevano."

"Dan juga jahat banget kamu sama bunda, kamu bukan produk gagal Jevano. You're forever their precious son. Bunda bakal nangis kalo denger kamu ngomong kaya gitu. Dan untuk hubungan kita, take it slowly aja ya. Aku tahu kamu butuh waktu dan aku bakal dampingin kamu sampe kamu siap. Asal emang kamu serius sama aku sih." 

"Aku serius sama kamu, Jem." Jawab Jevano cepet-cepet, panik kalo Jemima salah sangka sama ucapan dia.

"Okay kalo kamu serius, gini ya. Emang butuh keberanian buat memulai sesuatu, starting relationship with someone isn't easy thing to do. Aku gabisa janji ke kamu kalo ke depannya bakal baik-baik aja. Karena setahu aku, relationship isn't all that happy. Pasti suatu saat nanti aku ataupun kamu bakal ngerasa kecewa atau secara gak sengaja nyakitin satu sama sama lain dan itu gabisa dihindari. Tapi kita bakal ngehadapin itu berdua, dan sama-sama belajar buat memperbaiki dan berjuang bersama buat bahagia berdua. Tapi ya semua ini gabakal terjadi kalo kamu gamau nyoba, you won't know how does it feels unless you experience it by yourself."

"Aneh banget gak sih percakapan kita?" Jevano gak tahan buat ngomong karena ngerasa lucu sama situasi mereka.

Jemi muter matanya, "Lagi serius Jevano ini."

KKN (Kuliah Kerja Nemupacar) | | NOMIN GS ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang