[14] If You Touching My Hand In The Darkened Room

8.8K 2.4K 780
                                    

"Ah, motor," gumam Zahera ketika melihat sosok Zyakiel yang sudah berada di depan pagar rumahnya, duduk di atas motor vespa matic.

Bukan berarti Zahera kecewa Zyakiel menjemputnya dengan motor. Hanya saja ia merasa pakaiannya saat ini tidak cocok untuk berkendara motor. Kaus over size senada dengan rok pendek levis, dan sepatu boot hitam panjang selutut. Mau tidak mau ia harus mengganti pakaian, mencari pakaian yang cocok untuk berkendara motor. Namun, sebelum mengganti pakaian, terlebih dulu ia hampiri Zyakiel yang sudah menunggunya.

"Hai, Kiel!" Zahera berdiri di depan pagar berjarak dengan bentuk ornamen akar pohon serta dedaunan berwarna hitam yang memiliki tinggi satu meter lebih.

Zyakiel yang semula tertunduk melamun buru-buru mengangkat kepalanya, menatap sosok Zahera yang selalu memberinya senyuman hangat. "Hai, Kak!" balasnya, juga tersenyum. Kemudian, senyum Zyakiel menghilang ketika memperhatikan pakaian Zahera.

Zahera melirik ke arah motor Zyakiel. "Udah nentuin mau kemana?" tanyanya.

Zyakiel terus memperhatikan Zahera dari atas sampai bawah. "Ada.... tempat yang menurut saya bagus," tuturnya ragu.

Zahera membuka pagar rumahnya, berdiri tepat di hadapan Zyakiel tanpa halangan apapun. "Kiel, menurut lo gue cocok nggak pakai baju kayak gini?" tanyanya dengan maksud menggoda.

"Eh?" Zyakiel tersentak, buru-buru menatap wajah Zahera. "Cocok, Kak. Kak Nala cocok pakai baju apapun," pujinya, lalu tersenyum lantaran melihat kalung bertuliskan nala di leher seniornya itu. Entah hanya perasaannya saja atau bagaimana, tetapi Zyakiel merasa Zahera sengaja memakai kalung bertuliskan namanya sendiri supaya bisa mempermudah Zyakiel memanggilnya.

Zahera tersenyum lebar. Zyakiel selalu merespons dengan kepolosan, membuat Zahera ingin selalu memancing dan menggodanya.

"Hmmm.... tapi, Kak. Gimana kalau kita perginya pesan mobil online aja? Motor saya titip di rumah Kakak." Zyakiel menggaruk pipinya, sorot matanya tidak terus menatap Zahera yang sesekali melirik ke lain arah.

"Kenapa? Gue nggak keberatan naik motor kok." Zahera tahu alasan Zyakiel tiba-tiba ingin naik mobil online, tetapi Zahera yang usil ingin pura-pura tidak mengerti.

"Itu.... hmm..... saya rasa.... takutnya Kakak nggak nyaman naik motor dengan rok..... jadi.... mending kita naik mobil." Kata-kata Zyakiel yang terputus-putus menggambarkan bahwa ia berusaha memilah kata yang baik supaya Zahera tidak tersinggung.

"Apa pakaian gue jelek, ya?" Zahera pura-pura terkejut oleh asumsinya sendiri.

"Eh? Nggak! Nggak jelek. Cocok sama Kakak. Keliatan..... cantik. Cuma.... saya takut Kakak nggak nyaman aja..." Zyakiel berusaha menyanggah asumsi Zahera sekalipun ia kesulitan mengungkapkannya dengan benar.

"Iya, juga sih. Paha gue bakal keliatan kemana-mana kalau naik motor. Oke, lo tunggu sini dulu. Gue mau ganti baju sebentar biar enak naik motornya." Zahera berbalik, melangkah meninggalkan Zyakiel menuju dalam rumah.

Dan Zyakiel buru-buru menyusul Zahera, menahan tangan gadis itu supaya berhenti melangkah. Lantas membuat Zahera terkejut dan menoleh ke belakang.

"Kiel? Kenapa?" tanya Zahera.

"Nggak usah ganti baju. Kakak cocok pakai baju itu. Nggak papa kita bisa pesan mobil online aja."

Zahera tersenyum, berbalik menghadap Zyakiel. "Gue sebegitu cantiknya pakai baju ini, ya, sampai lo nggak mau gue ganti baju?" godanya.

First Girlfriend To BrondongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang