Pada akhirnya mereka duduk bersama di satu meja. Melingkar dengan urutan Marvilo, Renata, Sagatara, Nirail, Orion, Zyakiel, dan Zahera. Meja yang tadinya bersih mendadak penuh dengan camilan dan minuman dingin, disponsori oleh Orion.
"Jadi, cowok yang selama seminggu ini lo cari itu adek gue?" tanya Orion, memperjelas. Bibirnya tidak berhenti mengunyah camilan.
"Kiel, lo adeknya orang itu?" Zahera bertanya sembari menunjuk Orion dengan ekspresi datar.
"Orang itu? Gue punya nama!" protes Orion, tersenyum kesal.
"Kedua orang tua saya berteman dengan kedua orang tua Bang Aris," jawab Zyakiel. Orang-orang baru seperti Zahera, Renata, dan Nirail membuatnya gugup hingga memilih tertunduk sembari memainkan jari tangan.
"Kalau dua orang itu siapa lo?" Zahera menunjuk Malviro dan Sagatara bergantian.
Zyakiel mengangkat kepala untuk menatap dua senior yang ditunjuk Zahera. "Bang Tama dan Bang Mapi temennya Bang Orion. Saya sering main sama mereka kalau lagi sama Bang Aris."
Zahera tidak percaya mendengar jawaban Zyakiel yang langsung menatap Orion. "Selama gue jadi temen lo gue nggak tau soal Kiel. Gue bahkan sering main ke rumah lo."
Renata mengangkat tangannya ke atas. "Gue juga nggak tau soal Kiel," timpalnya.
Orion melirik ke arah Nirail yang sejak tadi hanya bagian menyimak. Mengikuti tatapan Orion, Zahera dan Renata ikut menatap Nirail.
Nirail menghela napas lelah, terutama dengan tatapan mendesak Zahera dan Renata. "Aris pernah cerita sama gue kalau anak temen orang tuanya tinggal di rumah dia, tapi tinggalnya nggak lama. Kalau nggak salah dua tahun lalu Kiel udah nggak tinggal sama Aris lagi," jelasnya.
Dengan kompak Zahera dan Renata melempar bungkus chiki utuh ke wajah Orion sebagai ungkapan kesal karena yang diberitahu hanya Nirail saja.
Orion berusaha menghadang chiki-chiki yang terlempar ke arahnya, berusaha menutupi wajahnya dan memundurkan bangku ke belakang. "Kok gue doang sih yang ditimpuk?" protes.
"Emang lo yang salah!" bentak Renata, kini melempar kulit kuaci.
"Iya, iya, maaf, gue lupa!" Kedua tangan Orion menyilang, menjadi tameng untuk wajahnya. "Lo nggak usah ikutan, sialan!" makinya kepada Malviro yang ikut melemparinya sembari tertawa.
Zahera berhenti melempari Orion, kedua tangannya terlipat di depan. Jika dipikir-pikir, Zahera baru ke rumah Orion ketika kelas dua SMP, tepat setelah Zyakiel tidak lagi tinggal di rumah Orion. Pantas saja ia tidak mengetahui keberadaan cowok itu. "Gue juga sering main sama lo, tapi nggak ketemu Kiel," katanya lagi kepada Orion.
"Gue ngajak Kiel nongkrong bareng kalau cuma lagi bareng Tama, Mapi, sama Cale doang. Kalau rame gue nggak ngajak Kiel," jawab Orion, yang kini sedang memunguti camilan yang berjatuhan ke lantai karena dilempar tadi.
Zahera kembali menatap Zyakiel yang duduk tenang di sampingnya dengan kepala tertunduk, terlihat gugup. "Kenapa lo pergi dari rumah Aris? Berarti sekarang lo tinggal sama siapa?" tanyanya penasaran.
Zyakiel mengangkat kepalanya, tetapi retina matanya tidak fokus tertuju ke arah Zahera, terus bergerak ke kiri atau ke kanan. "Kalau itu alasannya karena.... itu...." Bibirnya terbuka, berusaha menjelaskan, tetapi kalimatnya tidak pernah lengkap.
KAMU SEDANG MEMBACA
First Girlfriend To Brondong
Teen Fiction*new version Salah Kode! Niat hati ingin clubbing untuk menghilangkan patah hati setelah tau mantan pacarnya sudah memiliki kekasih baru, Zahera Syanala justru terbangun di kamar asing pada pagi hari. Usut punya usut, ternyata pemiliki kamar asing...