[18] I was enchanted to meet you

8.3K 2.5K 2.2K
                                    

Murid-murid terus berdatangan, mengeluarkan kendaraan mereka dari barisan rapi yang sudah diatur oleh penjaga parkiran. Selagi mereka mengeluarkan kendaraan, sesekali pandangan mereka terpatri pada sosok yang duduk di vespa matic paling ujung. Sosok mempesona bagaikan musim semi yang menjatuhkan kelopak bunga-bunga indah, menghujani bumi yang gersang dengan kelopak warna-warninya. Keindahan di tengah gersangnya bumi yang sudah menua itu berhasil mendatangkan ketenangan dan melukiskan senyum bagi setiap orang.

"Nal, ngapain di sini? Nunggu yang lain?" Seorang cowok menghampirinya, murid dari kelas lain dan masih seangkatan dengan Zahera.

"Gue nggak nunggu yang lain, tapi cuma nunggu seseorang," jawab Zahera. Rambut panjang yang tergerai tidak membuatnya merasa gerah di siang hari. Bahkan berperang dengan matahari yang menyengat, aroma parfumenya tetap tercium jelas.

Cowok itu melirik ke arah motor yang diduduki Zahera. Penasaran apakah pemilik motor itu adalah seseorang yang sedang dinanti Zahera atau Zahera hanya duduk di sembarangan motor saja. "Oh, kirain nunggu teman-teman lo."

"Mereka bukan anak kecil yang harus gue tungguin. Gue juga nggak suka nunggu orang lain." Zahera tersenyum, menyelipkan helaian rambut di belakang telinga dengan gerakan lembut.

Cowok itu mati kutu, kehilangan kata-kata. Padahal ia masih ingin berlama-lama mengobrol dengan gadis tercantik di sekolahnya. Hanya saja sepertinya Zahera membentengi diri, yang walaupun bersikap ramah, tidak semua orang bisa melewati batasan yang sudah gadis itu tetapkan.

Akhirnya cowok itu menyerah akan keinginannya. "Oh, ya udah. Gue duluan, Nal." Dan memilih pamit, meninggalkan Zahera kembali seorang diri.

Zahera melambaikan tangan sembari tersenyum. Ia lega lantaran cowok itu sudah pergi. Bagaimana pun ia sedang mengupayakan supaya Zyakiel tidak melihatnya akrab dengan cowok lain. Zahera tidak ingin brondongnya yang imut salah paham dan cemburu.

"Oh, jadi ini alasan lo sengaja nggak bawa mobil hari ini? Gue pikir lo mau naik busway lagi," sarkas Orion. Melangkah menghampiri bersama Sagatara, Renata, Nirail, Malviro, dan kelima orang lainnya yang Zahera juga kenal.

Zahera memperhatikan siapa-siapa saja yang datang bersama Orion. Dirasa tidak ada sosok yang dinanti, ia pun menghela napas lelah. "Minggir, lo halangin pandangan gue."

Bukannya minggir sesuai arahan Zahera, Orion yang menahan tawa justru berdiri lebih dekat di depan cewek itu. Yang lain pun mengikuti aksi Orion, mengurung Zahera di tengah-tengah mereka. Suara tawa meledek terdengar bersahut-sahutan.

"Nal, gue udah bilang sebelumnya. Jangan sakitin anak gue!" seru Malviro dramatis.

"Kemaren perasaan adik deh, sekarang naik pangkat jadi anak?" Pertanyaan Nirail didasari oleh rasa penasaran sekaligus sarkas.

"Sumpah ini kejadian langkah banget nggak sih, Tam, cewek playgirl kayak Nala bucin sampai rela panas-panasan demi adkel?" Renata menarik jaket Sagatara supaya menatap ke arahnya.

Sagatara mengangguk dengan pandangan ke arah sang kekasih, lalu menatap Zahera. "Tapi aku nggak rela Kiel sama Nala."

"Kiel terlalu baik."

Sagatara mengangguk menyetujui pernyataan Renata.

Zahera mengerang kesal, tetapi masih berusaha mengendalikan diri.

First Girlfriend To BrondongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang