[25] Please Don't Have Somebody Waiting On You

8.6K 2.3K 1.1K
                                    

Harusnya malam minggu yang bersejarah ini bisa ia nikmati dengan suka cita dan bermesraan. Sialnya, malam minggu pertama penuh kebahagiaan ini harus dinikmati sendirian oleh Zahera. Ada dua alasan yang membuat Zahera tidak bisa bersama Zyakiel di malam minggu. Pertama, ini hari haid keduanya yang sangat menyiksa. Bukan hanya keadaan sakit perut yang seolah ia akan mati, emosinya pun juga tidak stabil hingga rasanya ingin selalu marah. Kedua, Zyakiel ada di tempat yang sama dengan Rayanfa, di Social Place. Zahera merasa enggan menikmati malam minggu bersama Zyakiel jika harus berada di tempat yang sama dengan mantannya. Zahera tahu jika Rayanfa ada di Social Place karena melihat status Instagram cowok itu.

Bisa saja Zahera membawa kabur Zyakiel dari Social Place, tetapi rasa sakit di perut ini membuat Zahera tidak berdaya.

"Dek, mau ikut ke mal nggak?" Kepala Jenaro menyembul masuk ke dalam kamar dengan tubuh di balik pintu kamar Zahera.

Zahera yang sedang terbaring dengan posisi kepala menjulang ke bawah ujung ranjang dekat pintu, menatap Jenaro dengan pandangan terbalik. "Nggak," jawabnya tidak acuh.

"Sama ibu ayah juga, Dek."

"Nggak mau! Perut aku sakit!" bentak Zahera kesal. Luapan emosi membuat nyeri di perut mendadak muncul, membuat Zahera menahan sakit sembari memegangi perutnya.

"Pulangnya malem loh. Yakin mau sendirian di rumah?"

"Abang, perut aku lagi sakit iih! Jangan ganggu!" pekik Zahera, berharap Jenaro cepat enyah dari kamarnya.

Jenaro tertawa, sengaja membuat adiknya kesal. "Ya udah. Kamu mau nitip sesuatu nggak?"

"Cemilan sama kue aja. Yang banyak." Jika sedang masa datang bulan seperti ini tubuhnya membutuhkan banyak camilan dan sesuatu yang manis-manis.

"Oke. Jaga rumah, ya. Kalau ada apa-apa telepon."

"Hmm," Zahera menyahut enggan.

Zahera kembali sendirian di dalam kamar. Masih dengan posisi yang sama. Rambut panjangnya mengenai lantai dengan posisi seperti ini. Ia turun dari ranjang sebentar untuk memencet saklar lampu di dekat pintu, mematikan lampu kamar. Setelah itu meraih remote berwarna hitam. Memencet tombol merah dan otomatis lampu kamar berwarna biru langit dengan gambar bintang dan bulan muncul memenuhi kamarnya.

Jika sedang merasa galau atau merasa sakit perut karena haid, menatap bintang dan bulan di langit-langit kamar seperti obat baginya. Hingga dering ponsel yang tidak dalam mode silent berbunyi, memperdengarkan lagu Taylor Swift berjudul Cruel Summer. Letak ponsel yang tak jauh membuat Zahera bisa meraihnya dengan satu tangan tanpa banyak bergerak. Nama Renata tertera di layar ponselnya.

"Hm? Kenapa?" Sakit perut bahkan membuatnya malas berbicara.

"Nggak ke sini lo? Ada cowok lo nih," kata Renata berusaha memprovokasi.

"Nggak! Gue masih nggak terima adek gue punya pacar!" Suara Malviro menggelegar menyakiti telinga Zahera.

"Bisa-bisanya lo pacarin adek gue! Pasti maksa!" Suara heboh Orion tak kalah menyebalkannya.

"Malem minggu nih, ada cowok lo." Kembali terdengar suara Renata.

"Lagi males." Walaupun berkata demikian, sebenarnya Zahera sedang menggigit jari menahan kebohongannya. Mana ada kata malas bertemu Zyakiel di kamus Zahera.

First Girlfriend To BrondongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang