[28] With Every Guitar String Scar On My Hand

8.6K 2.4K 3.1K
                                    

Bahkan setelah berpacaran dengan primadona paling cantik di sekolah, tidak ada yang berubah dari sosok Zyakiel. Zyakiel tetap menjadi Zyakiel. Zyakiel yang suka datang pagi hari di saat semua murid belum hadir. Duduk di tempatnya sembari membaca komik. Karena masih terlalu pagi, lantas matahari belum benar-benar terbangun hingga sinarnya pun tidak sepenuhnya menerangi bumi. Lampu kelas dinyalakan sebagai pengganti sinar matahari. AC sudah menyala hingga suhu ruangan yang bercampur dengan pagi hari menambah dingin. Alasan itu juga yang menjadi alasan Zyakiel tetap memakai jaketnya.

Kebiasaan Zyakiel yang tidak berubah, sama halnya dengan Rubyiana. Setelah ia kalah sebelum berjuang dan cinta pertamanya ternyata hanya bertepuk sebelah tangan, ia tetap menjalani hari-harinya di sekolah seperti biasanya. Termasuk datang pada pagi hari. Kebiasaannya yang tak berubah itu membuatnya kembali dipertemukan oleh Zyakiel dalam keadaan sunyi dan sepi, hanya ada mereka berdua.

Rubyiana meletakkan tas di atas meja perlahan, berusaha tidak menciptakan suara. Pandangannya terarah ke Zyakiel. Aneh, tiba-tiba saja ia menginginkan Zyakiel menjelaskan kepadanya terkait hubungannya dengan Zahera. Yang padahal Rubyiana tidak memiliki hak untuk mendapat penjelasan apapun dari Zyakiel. Zyakiel pun bukan tipe orang yang suka pamer. Jadi walaupun Zyakiel berpacaran dengan gadis paling cantik di sekolah, ia tetap menjadi Zyakiel yang pendiam, suka membaca komik dengan permen kaki menggantung di bibirnya.

"Pagi, Kiel!" Hati Rubyiana belum benar-benar sembuh. Bagaimana pun, melupakan cinta pertama tidak akan mudah. Namun, ia tidak ingin menjadi pengecut yang terus saja lari dari kenyataan.

Zyakiel menutup komiknya, lalu mendongak dengan bibir terbuka kecil karena terganjal oleh gagang permen kaki. "Pagi!"

Sama sekali tidak berubah. Zyakiel tetap membalas sapaan Rubyiana. Juga dengan senyuman manis seperti biasanya. Rubyiana senang Zyakiel tidak berubah, tetapi jauh di lubuk hatinya ada rasa nyeri ketika teringat Zyakiel yang mengobrol dengan Zahera. Ekspresi yang Zyakiel tunjukkan kepada Zahera adalah ekspresi yang tidak pernah Rubyiana lihat, bahkan senyum Zyakiel pun berbeda ketika di depan Zahera. Senyuman Zyakiel untuk Zahera lebih manis, lebih berwarna, dan lebih indah.

"Udah kerjain pr?" Jika cinta pertama Rubyiana gagal, setidaknya ia ingin tetap berteman dengan cinta pertamanya.

"Saya udah selesai. Kamu udah?"

Rubyiana mengangguk semangat sembari tersenyum. Ia mengalihkan pandangan ke sampul komik Zyakiel. "Diamond no Ace? Lo punya semua seri komiknya?"

"Iya, saya punya."

"Gue cuma nonton animenya aja," keluh Rubyiana, kecewa karena tidak tahu kelanjutan dari anime yang ditontonnya.

"Kamu mau baca komiknya? Saya bisa pinjemin," tawar Zyakiel.

"Beneran?" Bola mata Rubyiana berbinar. "Boleh banget! Gue mau pinjem komiknya, ya? Mau tau kelanjutan dari animenya."

"Iya, nanti saya pinjamkan volume setelah anime."

"Makasih, Kiel!"

"Iya."

"Kiel, lo udah ke kantin? Mau ke kantin bareng?" Rubyiana tidak memiliki niat buruk apapun. Ia hanya ingin melakukan rutinitas biasanya dengan Zyakiel. Pergi ke kantin bersama.

Zyakiel menggeleng lembut dengan senyuman tipis. "Saya ke kantin bareng Kak Nala. Sebentar lagi Kak Nala dateng."

Senyum Rubyiana lenyap dalam sekejap. "Kak Nala dateng pagi?"

First Girlfriend To BrondongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang