[43] And Baby, For You, I (I) Would (would) Fall From Grace

7.2K 2.2K 6K
                                    

Kiel nala kan gamau aku terbitin jadi novel ya. Nah jadi aku akan kasih 10 chapter extra di karyakasa dan aku bumbui spicy🥵

Harga perbab di karyakasa sekitar 5-6k. Nanti aku adain paket 10 bab berapa gitu juga ya, biasanya lebih murah. Nantikan info selanjutnya.

🎈🎈🎈

Zahera tidak membenci perpustakaan, tetapi ia juga tidak menyukainya. Perpustakaan bukan tempat yang cocok untuk dirinya. Perpustakaan meninggalkan kesan membosankan dan mengantuk bagi Zahera. Oleh karenanya, selama ia bersekolah di Brawijaya, bisa dihitung jari berapa kali ia melangkahkan kaki memasuki ruangan penuh buku ini.

Berbeda dari Zahera yang tidak cocok dengan perpustakaan. Zyakiel justru menjadikan perpustakaan sebagai tempat istirahat terbaiknya selain di kelas. Di perpustakaan, selain bisa membaca buku dengan tenang, Zyakiel juga bisa melamun memikirkan banyak hal.

Mengendap-endap seperti pencuri yang menjalani aksinya, langkah Zahera semakin mendekati targetnya. Bibirnya terus melengkungkan senyum melihat sosok Zyakiel yang sedang duduk di ujung meja perpustakaan. Zyakiel-nya duduk seorang diri. Di depannya terdapat buku yang terbuka. Namun tak kunjung dibalik ke halaman selanjutnya. Zyakiel yang menopang dagu itu, walaupun pandangannya ke buku, tetapi ia tidak membaca tulisan yang ada di halaman buku.

Zahera berniat ingin mengejutkan Zyakiel-nya.

~to my first love~

Chat dari teman SMP-nya masih terngiang jelas dalam benaknya. Haa, teman SMP kah? Apa benar teman SMP? Sangat kontradiktif dari apa yang Zyakiel pikirkan tentang mereka. Bukannya Zyakiel tidak ingin menyebut mereka sebagai teman. Hanya saja dari bagaimana mereka memperlakukan Zyakiel tidak terlihat seperti mereka menganggap Zyakiel teman.

Zyakiel masih mengingat jelas bagaimana mereka mentertawakan dirinya yang merupakan anak yatim piatu. Menjadikan fakta menyedihkan tersebut sebagai bahan olok-olokan. Di tengah suara tawa mereka, Zyakiel tidak merasakan simpati dari mereka.

Bukan hanya hinaan yang selalu didengar Zyakiel, tetapi juga perlakuan kelewat batas. Seperti dirinya yang sering sekali dianggap tidak ada di kelas, dirinya yang dijadikan pelayan yang selalu disuruh-suruh, bahkan tak jarang Zyakiel mengerjakan hampir semua PR teman kelasnya. Jangan tanya apakah Zyakiel pernah protes. Tentu saja ia pernah protes, pernah menolak. Namun setelah itu ia mendapat perlakuan yang jauh lebih kejam. Mereka membungkam Zyakiel hingga tidak memiliki pilihan selain menurut.

Atau ketika mereka mengambil barang-barangnya dan menyembunyikannya entah kemana. Tak jarang Zyakiel harus pulang tanpa tas atau sepatu. Yang paling sering ia kehilangan buku tulisnya. Hingga tanpa salah, dirinya harus dihukum karena dianggap tidak mengerjakan PR.

Mereka tidak hanya menjadikan Zyakiel pelayan yang membelikan mereka jajanan, mereka juga merampas uang Zyakiel untuk membayar jajanan yang mereka inginkan.

Yang paling parah di antara pengalamannya sebagai korban bullying semasa SMP adalah ketika mereka mulai menyerang secara fisik. Sikap tidak acuh Zyakiel tanpa perlawanan perlahan membuat mereka geram. Mereka tidak puas dengan reaksi dan ekspresi Zyakiel. Lantas mereka memukuli Zyakiel atau melempari Zyakiel dengan sesuatu. Ketika Zyakiel menunjukkan ekspresi kesakitan. Mereka akan tertawa puas tujuan mereka tercapai.

Pernah terbesit di benak Zyakiel untuk melaporkan mereka kepada guru. Namun sebelum Zyakiel melakukan hal itu, mereka sudah mengancam Zyakiel terlebih dulu. Menciutkan nyali Zyakiel.

First Girlfriend To BrondongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang