Zahera tidak bisa berhenti tertawa melihat reaksi Zyakiel setelah mendengar apa yang ia katakan. Setelah Zyakiel melepaskan pelukannya, ia langsung duduk menjauh menjaga jarak. Takut Zahera akan memakannya. Bahkan sekarang cowok itu sedang memeluk bantal kecil, menyembunyikan setengah wajahnya di balik bantal hingga hanya terlihat kedua matanya yang indah.
"Aduh, perut gue sakit banget Kiel." Dari yang tertawa, kini Zahera merintih kesakitan sembari memegangi perutnya dengan satu tangan dan tangan yang lain mengepal erat.
Zyakiel sigap menggeser posisi duduknya mendekati Zahera. Meraih satu tangan Zahera yang terkepal untuk ia bentangkan lalu digenggam. "Kakak ketawanya jangan berlebihan."
"Aduh, sakit banget, Kiel!" rintih Zahera membungkukkan tubuhnya.
"Kakak butuh obat apa? Nanti saya beliin. Atau ada sesuatu yang bisa bikin sakit perut Kakak mereda? Coba bilang sama saya." Zyakiel ikut membungkukkan tubuh supaya bisa menatap Zahera. Suaranya lembut dan ekspresi wajahnya cemas.
"Ada. Ada satu hal yang harus lo lakuin supaya sakit perut gue hilang," tutur Zahera dengan lemas.
Zyakiel mendekatkan wajahnya ke Zahera. "Iya, Kakak bilang aja saya harus apa."
Zahera yang sedang membungkuk menolehkan kepala hingga wajahnya bisa berhadapan dengan Zyakiel dengan jarak dekat. "Kiss me," ujarnya serius.
Zyakiel tidak langsung memberikan respons. Ia melamun dan mencerna perkataan Zahera. Bola matanya tak berpindah dari bola mata Zahera yang sedang menyorotnya. Hingga kemudian suara Zahera memecah lamunan.
"Kiel, muka lo serius banget sih!" Zahera kembali duduk dengan tegak, masih tertawa mengingat ekspresi melongo Zyakiel.
Zyakiel ikut duduk dengan tegak, ia menatap cemberut Zahera. "Kakak nih! Jangan godain saya lagi dong!" protesnya.
"Nggak mau!" Zahera menjulurkan lidah.
Zyakiel kalah, ia bersandar malas sembari memeluk bantal. Satu tangannya masih menggenggam tangan Zahera. Walaupun ia merasa dipermainkan oleh kekasihnya itu, bukan berarti ia marah dan melepaskan genggaman. Bahkan sekalipun ia marah, ia ingin terus menggenggam tangan Zahera yang ternyata lebih kecil dari tangannya. Dan jika bersanding dengan tangan Zahera, tangannya terlihat gelap.
Zahera ikut bersandar pada punggung sofa. "Kiel, i really want kiss you," katanya sungguh-sungguh.
Mendengar kejujuran Zahera, Zyakiel langsung menutupi setengah wajah dengan bantal lagi. Namun, telinganya yang memerah membuatnya tidak bisa menyembunyikan apapun dari Zahera.
"Karena lo pacar gue, jadi gue mau pegangan tangan yang sering dan lama. Karena lo pacar gue, jadi gue mau menghabiskan waktu lebih lama dan lebih sering sama lo. Karena lo pacar gue, jadi gue mau selalu meluk lo. Karena lo pacar gue, jadi gue mau cium lo sebanyak yang gue mau."
Zyakiel mendengarkan, tetapi tidak memberikan pendapatnya. Ia yang belum pernah berpacaran dan tidak mengerti soal perempuan atau cinta-cintaan tidak begitu paham harus bertindak bagaimana untuk Zahera. Meskipun Zyakiel dibatasi oleh ketidaktahuan, dia tetap ingin memperlakukan Zahera yang merupakan kekasih pertamanya sebaik mungkin. Dia ingin memberikan dirinya dalam versi terbaik untuk Zahera. Supaya Zahera merasa cukup dan bahagia.
"Saya..... umur saya baru lima belas tahun...." cicit Zyakiel pelan. "Saya.... saya rasa aneh kalau d bawah umur berciuman. Di bioskop aja ada rating umur untuk film tertentu." Dia berusaha mencari alasan yang tepat sehingga Zahera tidak tersinggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
First Girlfriend To Brondong
Teen Fiction*new version Salah Kode! Niat hati ingin clubbing untuk menghilangkan patah hati setelah tau mantan pacarnya sudah memiliki kekasih baru, Zahera Syanala justru terbangun di kamar asing pada pagi hari. Usut punya usut, ternyata pemiliki kamar asing...